Pontianak Kelola Sampah Jadi Bahan Bakar Energi Baru Terbarukan
PONTIANAK - Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, Kalimantan Barat, menjalin kerja sama dengan PT Kusuma Jaya Agro dalam pengolahan sampah dan co-firing sebagai bahan bakar energi baru terbarukan di kota itu.
"Kerja sama ini berkaitan dengan pengolahan sampah dan co-firing sebagai bahan bakar energi baru terbarukan. Selanjutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dalam hal ini menyediakan lahan untuk pembangunan pabrik co-firing maupun kebutuhan lainnya berdasarkan kesepakatan yang dibuat," kata Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Jumat 29 April.
Kerja sama tersebut dituangkan dalam sebuah nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono dan Direktur PT Kusuma Jaya Agro Raden Hidayatullah Kusuma.
Edi menjelaskan, kerja sama ini sangat membantu Pemkot Pontianak dalam mengatasi persoalan sampah.
Namun, kata dia, perlu diatur manajemen dalam pengelolaan sampah. Sampah mana yang diolah di bank sampah dan mana yang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
"Kami menyediakan sarana angkutan untuk sampah-sampah yang akan dikelola pabrik co-firing," kata Edi dikutip Antara.
Kerja sama ini terjalin dilatarbelakangi oleh kesulitan dalam menangani permasalahan sampah yang terus membludak di Kota Pontianak. Produksi sampah di kota ini hampir mencapai 400 ton per hari.
Jumlah itu bisa melebihi apabila memasuki musim buah-buahan seperti durian, rambutan, dan buah-buahan lainnya. Bank sampah yang ada juga tidak bisa mengolah seluruh sampah yang dihasilkan.
Baca juga:
- Tersangka Kasus Minyak Goreng, Mari Mengenal Wilmar Nabati Produsen Sania Milik Konglomerat Martua Sitorus dan Musim Mas Produsen SunCo-nya Taipan Bachtiar Karim
- Kejagung Tetapkan Anak Buah Mendag Lutfi Jadi Tersangka Izin Ekspor CPO, Anggota Komisi VI: Kasus Ini Harus Diungkap ke Publik
- Kejagung Dalami Dugaan Kerugian Negara di Kasus Korupsi Izin Ekspor CPO
"Selama ini sampah yang ada dibuang ke TPA, misalnya sampah yang berasal dari pasar-pasar tradisional. Oleh sebab itu kerja sama ini setidaknya akan membantu mengatasi persoalan sampah selama ini," ucapnya.
Sementara itu, Direktur PT Kusuma Jaya Agro Raden Hidayatullah Kusuma mengatakan, kerja sama ini diharapkan mampu menyelesaikan persoalan sampah di Kota Pontianak. Pihaknya juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, salah satunya BUMN PLN yang memberikan solusi masalah sampah menjadi co-firing atau produk energi baru terbarukan.
"Selain sampahnya bisa hilang, juga bisa menjadi sebuah produk bahan bakar pengganti batu bara sehingga bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik yang ada di Kalbar," katanya.
Pihaknya berencana membangun pabrik co-firing yang berlokasi di TPA Batu Layang. Hasil dari pengelolaan sampah ini akan ditujukan untuk mendukung pembangkit listrik yang ada di Singkawang karena terdapat dua pembangkit listrik besar.
Mochamad Soleh, Head of Research Innovation and Knowledge Management PT Indonesia Power, menambahkan, satu ton sampah yang diolah menjadi bahan bakar akan menghasilkan 300 kilogram bahan bakar dengan nilai kalori sekira 3.400 kilokalori per kilogram.
"Jadi dari satu ton sampah terjadi penyusutan karena termasuk sampah basah, menjadi bahan bakar yang sudah kering seberat 300 kilogram. 300 kilogram ini nilai kalorinya 3.400 kilokalori per kilogram, itu jumlah minimalnya," katanya.
Pihaknya sudah pernah melakukan ujicoba beberapa komposisi dan hasilnya bisa mencapai 4.000 kilokalori per kilogram atau hampir setara dengan batu bara. Dalam pengolahan sampah, teknologi yang digunakan sudah ramah lingkungan karena sampah yang diolah tanpa B3 dan bisa terbakar.
Hasil survei yang dilakukan, 80 persen di antaranya mengandung organik, yakni sampah-sampah sisa makanan, sedangkan 20 persennya adalah plastik.
Kemudian, dari 80 persen organik itu, sudah pasti dihitung sebagai karbon netral, sedangkan yang 20 persen memang masih dianggap sebagai bahan bakar turunan dari fosil. Yang menjadi komponen berbahaya seperti dikhawatirkan adalah dioksin furan. Untuk mengatasi hal ini, pembakaran dilakukan di PLTU dengan ruang bakar mencapai di atas seribu derajat, jadi nanti pembentukan dioksin furannya sudah terurai di atas 700 derajat.
"Kalau dari sisi emisi, itu cukup aman untuk lingkungan, artinya masih di bawah baku mutu lingkungan emisi hasil pembakaran sampah ini," katanya.