Google Gugat Pelaku Penipuan Jual Beli Anak Anjing Secara Online
JAKARTA - Google menggugat pelaku scammer atau penipuan jual beli anak anjing ras online di platformnya. Pelaku itu menargetkan orang-orang yang cukup rentan, termasuk orang tua.
Adalah Nche Noel dari Kamerun, yang dituduh Google menggunakan jaringan situs web palsu demi menghasilkan ribuan dolar atas tindakan penipuannya itu.
Lebih lanjut, Noel juga menggunakan berbagai layanan Google seperti nomor telepon Google Voice dan akun Gmail untuk untuk berpura-pura menjual anak anjing ras kepada orang-orang secara daring.
“Aktor tersebut menggunakan jaringan situs web palsu yang mengklaim menjual anak anjing basset hound dengan foto memikat dan testimoni pelanggan palsu untuk mengambil keuntungan dari orang-orang selama pandemi,” ungkap penasihat senior Google, Mike Trinh dalam unggahan blog resmi perusahaan.
Gugatan Google mengklaim, Noel melanggar persyaratan layanan perusahaan dalam melakukan dugaan penipuan. Google saat ini sedang mencari bantuan hukum untuk kerusakan.
Satu contoh kasus, Noel berhasil mendapatkan seorang korban yang membayarnya 700 dolar AS setara Rp10 juta dalam kartu hadiah elektronik untuk membeli seekor anak anjing.
Setelah mengirim kartu hadiah, Noel terus mengikat korban, memberi tahu mereka bahwa perusahaan pengiriman membutuhkan tambahan 1.500 dolar AS setara Rp21 jutaan. Menurut pengaduan, anak anjing itu tidak pernah datang.
Baca juga:
“Sayangnya, penipuan ini secara tidak proporsional menargetkan orang Amerika yang lebih tua, yang bisa lebih rentan terhadap serangan siber," kata Trinh.
Melansie The Verge, Selasa, 12 April, selain menggunakan layanan Google untuk berkomunikasi dengan korban, Google juga menuduh Noel menjalankan kampanye Google Ads untuk mempromosikan situs palsunya tersebut.
Dalam gugatan itu, Google mengatakan bahwa AARP, sebuah kelompok masalah lanjut usia, memberi tahu perusahaan tentang penipuan September lalu.
Kemudian, pada November, AARP menerbitkan laporan yang merinci penipuan anak anjing, dengan mengatakan penjahat mengeksploitasi konsumen terisolasi yang mencari persahabatan selama puncak pandemi COVID-19.
Sebagai informasi, penipuan online meroket selama pandemi karena orang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial. April lalu, Komisi Perdagangan Federal melaporkan bahwa mereka telah mengeluarkan lebih dari 100 peringatan dan meminta lebih dari 350 perusahaan untuk menghapus klaim yang menipu dari internet.