Amerika Komitmen Memasok Ukraina dengan Senjata yang Dibutuhkan, Presiden Zelesnky Skeptis
JAKARTA - Amerika Serikat mengatakan bakal memasok senjata yang dibutuhkan oleh Ukraina untuk menghadapi invasi Rusia, sementara Presiden Volodymyr Zelensky mengutarakan skeptisismenya.
Amerika Serikat berkomitmen untuk menyediakan Ukraina dengan "senjata yang dibutuhkan" untuk mempertahankan diri melawan Rusia, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengatakan pada Hari Minggu, ketika Ukraina mencari lebih banyak bantuan militer dari Barat.
Sullivan mengatakan, Pemerintahan Presiden Biden akan mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina, untuk mencegah Rusia merebut lebih banyak wilayah dan menargetkan warga sipil, serangan yang disebut Washington sebagai kejahatan perang.
"Kami akan memberikankan Ukraina senjata yang dibutuhkan untuk mengalahkan Rusia, untuk menghentikan mereka mengambil lebih banyak kota dan kota-kota di mana mereka melakukan kejahatan ini," kata Sullivan di ABC News 'This Week' seperti dikutip dari Reuters 11 April.
Moskow sendiri diketahui telah berulang kali menolak tuduhan kejahatan perang, yang dilontarkan oleh Ukraina dan negara-negara Barat.
Berbicara kemudian di 'Meet the Press' NBC News, Sullivan mengatakan Amerika Serikat "bekerja sepanjang waktu untuk mengirimkan senjata kita sendiri dan mengatur serta mengoordinasikan pengiriman senjata dari banyak negara lain."
"Senjata datang setiap hari, termasuk hari ini," ungkap Sullivan.
Amerika Serikat sejauh ini telah mengirimkan bantuan militer senilai 1,7 miliar dolar AS ke Ukraina sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, Gedung Putih mengatakan pekan lalu.
Pengiriman senjata termasuk rudal anti-pesawat Stinger dan anti-tank Javelin, serta amunisi dan pelindung tubuh.
Tetapi, para pemimpin AS dan Eropa 'ditekan' oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyediakan senjata dan peralatan yang lebih berat, untuk menghadapi Rusia di wilayah timur negara itu, di mana Rusia diperkirakan akan meningkatkan upaya militernya. Baca selengkapnya
Dalam kutipan wawancara dengan '60 Minutes' CBS News yang akan tayang Minggu malam, Presiden Zelensky menyatakan skeptisisme Amerika Serikat akan mengirimkan senjata yang katanya dibutuhkan.
Apakah Ukraina dapat mengalahkan serangan Rusia "tergantung pada seberapa cepat kita akan dibantu oleh Amerika Serikat. Sejujurnya, apakah kita akan dapat bertahan tergantung pada ini," ujar Presiden Zelensky.
"Saya memiliki kepercayaan 100 persen pada orang-orang kami dan pada angkatan bersenjata kami, tetapi sayangnya saya tidak memiliki keyakinan bahwa kami akan menerima semua yang kami butuhkan," tandasnya.
Terpisah, politisi Partai Republik AS Liz Cheney, berbicara di 'State of The Nation' CNN, mendesak pemerintahan Biden untuk memberi Ukraina senjata ofensif seperti tank dan pesawat serta sistem pertahanan seperti rudal anti-tank dan anti-pesawat.
"Saya pikir kita perlu melakukan semua yang Zelenskiy katakan dia butuhkan saat ini, mengingat pertempuran luar biasa yang telah mereka lakukan," ujarnya.
Sebuah jajak pendapat CBS News yang dirilis pada Hari Minggu menunjukkan, dukungan luas di antara orang Amerika untuk mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina.
Menurut jajak pendapat, yang dilakukan minggu lalu ketika berita serangan Rusia terhadap warga sipil terungkap, 72 persen dari mereka yang disurvei mendukung pengiriman lebih banyak senjata, sementara 78 persen mendukung sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Pada Hari Jumat, para pejabat Ukraina mengatakan lebih dari 50 orang tewas dalam serangan rudal di sebuah stasiun kereta api di kota Kramatorsk di wilayah Donetsk, tempat ribuan orang berkumpul untuk mengungsi.
Baca juga:
- Warga Bucha Sebut Pasukan Rusia Tiba 27 Februari: Sita Tiga Apartemen untuk Pos Komando, Korban Tewas Dipukuli dan Ditembak
- Berhasil Diidentifikasi, Dua Komandan Batalion Azov Ukraina Diburu Terkait Penganiayaan Delapan Tahanan Perang Rusia
- Kepala Pentagon Telepon Menhan Ukraina, AS Prioritaskan Pengiriman UAV, Javelin hingga Stinger Bantu Kyiv Hadapi Rusia
- Puluhan Diplomatnya Diusir, Rusia Ingatkan Negara-negara Barat: Merusak Hubungan Bilateral
Invasi Rusia telah memaksa sekitar seperempat dari populasi 44 juta meninggalkan rumah mereka, mengubah kota menjadi puing-puing dan membunuh atau melukai ribuan orang.
Sementara, Moskow telah berulang kali membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" tetangga selatannya. Ukraina dan negara-negara Barat telah menolak ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang.
Diketahui, Rusia pada Hari Sabtu menunjuk seorang jenderal baru untuk memimpin pasukannya di Ukraina, Aleksandr Dvornikov, yang memiliki pengalaman militer yang signifikan di Suriah.
Dengan latar belakang itu, Sullivan mengatakan dia menilai Dvornikov untuk 'mengizinkan' lebih banyak kebrutalan terhadap penduduk sipil Ukraina.