Muncul Surat Palsu Atas Nama Ngabalin Minta Duit Rp800 Juta, Moeldoko Tegaskan Staf KSP Tidak Pernah Minta Uang
JAKARTA - Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan seluruh staf di Kantor Staf Presiden (KSP) tidak pernah meminta dukungan uang kepada masyarakat.
"Kebijakan dari KSP tidak ada minta-minta di luar, semua kegiatan KSP didukung sepenuhnya oleh APBN; dan kalau ada yang minta di luar itu, saya pastikan penipuan," kata Moeldoko di kantor KSP dilansir Antara, Rabu, 6 April.
Diketahui, beredar surat dengan kop KSP ditujukan kepada Wali Kota Cirebon Nashruddin Azis, yang meminta uang sebesar Rp800 juta untuk santunan kepada anak yatim, piatu, dan kelompok duafa, dengan mengatasnamakan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin.
Uang tersebut, menurut surat tersebut, akan dibagikan oleh Presiden Joko Widodo.
"Dan kalau ada anggota saya sungguh-sungguh melakukan itu, saya akan copot dia, karena semua yang masuk ke sini sudah membawa pakta integritas," tegasnya.
Menurut Moeldoko, selain surat yang mengatasnamakan Ngabalin tersebut, ada juga surat palsu kepada kepala kantor pertanahan Minahasa dengan mengatasnamakan Deputi V KSP Jaleswari Pramodawardhani.
"Di KSP tidak mengenal begini ya, intelijen staf khusus presiden. Kadang-kadang foto di sini disebarkan di luar dan menyampaikan 'Saya orang KSP'. Surat dari Pak Ngabalin ini yang perlu saya klarifikasi bahwa tidak benar tanda tangannya Pak Ngabalin, dan tidak benar menggunakan kop KSP. Semuanya dipalsukan," jelasnya.
Dia juga meminta Ngabalin melaporkan kepada aparat kepolisian untuk membersihkan nama KSP dari tindak penipuan.
"Maka, besok pagi (Kamis 7/4), Pak Ngabalin akan melaporkan kepada Bareskrim untuk ditindaklanjuti; dan saya ingatkan kepada masyarakat Indonesia, kalau ada yang yang mengaku seperti itu, jangan segan-segan dikonfirmasi ke Kantor Staf Presiden agar kami bisa mengklarifikasi. Tidak usah takut," katanya.
Baca juga:
Menurut dia, setidaknya ada dua tujuan dari tindak penipuan tersebut, yaitu memperkaya diri sendiri dan memperburuk citra KSP.
"Dulu ada tenaga ahli profesional dikeluarkan karena kinerjanya kurang bagus, apalagi yang minta-minta (uang). Jadi, saya pastikan tidak ada permintaan bantuan (atas nama KSP). Masyarakat jangan sampai dirugikan dan saya juga tidak ingin nama KSP menjadi tercoreng," tambahnya.
Dia menjelaskan setiap staf KSP memiliki kartu identitas yang dilengkapi dengan barcode, sehingga bila barcode itu di-scan, maka akan ketahuan apakah kartu tersebut asli atau palsu.
"Bisa saja dia percaya. Tapi sekali lagi, kami sudah punya security seperti ini. Sering saya menerima (pesan) Whatsapp bertanya 'Pak ini ada orang mengaku KSP, begini, begitu'. Kerja mencari proyek lah. Ada yang menekan kanan kiri lah. Saya pastikan bukan. Tangkap dia. Saya sering dapatkan seperti itu," ujarnya.