Ini Alasan Elektabilitas Prabowo Subianto Hampir Dikalahkan Ganjar Pranowo

JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menempati posisi pertama calon presiden 2024 dalam beberapa survei terakhir. Unggulnya Prabowo juga ditampakkan dalam hasil jajak pendapat lembaga survei Indikator Politik Indonesia.

Dalam simulasi 33 nama, Prabowo menempati urutan tertinggi capres pilihan responden. Prabowo mendapat keterpilihan 21,9 persen, disusul Ganjar Pranowo 19,8 persen pada posisi kedua, dan Anies Baswedan 10,5 persen di posisi ketiga.

Namun, tampaknya elektabilitas Menteri Pertahanan ini terancam oleh Ganjar yang berada di bawahnya. Sebab, dalam simulasi survei 33 nama, selisih Prabowo dan Ganjar cenderung tipis, yakni hanya 2,1 persen. Belum lagi, ada margin of error sekitar 2,9 persen.

Potensi tersalipnya Prabowo oleh Ganjar juga ditampakkan dalam simulasi 19 nama. Prabowo masih menempati urutan tertinggi yakni 22,4 persen. Namun, angka keterpilihan Ganjar semakin mengejar yakni sebesar 21,6 persen. Selisihnya menjadi 0,8 persen.

Bahkan, dalam simulasi 7 nama, terjadi pergeseran posisi tokoh yang paling banyak dipilih sebagai calon presiden. Ganjar menjadi urutan pertama dengan elektabilitas 27,6 persen. Posisi Prabowo tergeser menjadi kedua dengan elektabilitas sebesar 27,4 persen.

"Kalau kita lihat simulasi 7 nama, Ganjar dan Prabowo itu imbang. Bahkan beda 0,2 persen sedikit, Ganjar di atas Pak Prabowo. Artinya ada beberapa nama yang kalau kita take out (dalam simulasi) itu lari ke Ganjar dan nama yang lain," kata Burhanuddin dalam pemaparan survei, dikutip pada Senin, 4 April.

Burhanuddin menguraikan, posisi ini bukan hal yang menguntungkan bagi Prabowo. Mengingat, perolehan suaranya pada Pemilu 2019 sebesar 44,5 persen.

Karenanya, jika Prabowo memang berniat kembali nyapres pada Pemilu 2024 namun belum juga menaikkan citranya ke publik, elektabilitasnya makin terancam dengan Ganjar Pranowo. Mengingat, kader Partai Gerindra sudah mantap akan kembali mengusung Prabowo di 2024.

"Kalau terlalu jauh dari radar publik, itu juga terlalu berisiko buat Pak Prabowo, kecuali dia tidak punya minat untuk maju lagi. Tapi, beliau, menurut para elite Gerindra, masih diproyeksikan untuk maju sebagai capres. Jadi, perlu untuk tampil ke publik juga," imbuhnya.