Hobi Memasak Megawati Soekarnoputri Diturunkan dari Ibunya, Fatmawati

JAKARTA - Megawati Soekarnoputri dikenal sebagai sosok yang doyan masak. Keterampilan Megawati memasak didapatkan dari ibunya, Fatmawati.  Tiap ibunya memasak, Megawati acap kali dilibatkan. Kesukaan ibunya memasak pun menular kepada Megawati.

Memasak jadi hobinya pada waktu senggang. Bahkan, kebiasaan memasak itu tetap dilakoninya saat memangku jabatan penting. Dari Wakil Presiden hingga Presiden RI. Ia pun kerap memasak sendiri untuk tamu politiknya. Diplomasi makanan, katanya.

Aktivitas memasak sudah menjadi bagian hidup Fatmawati sedari remaja. Ia lihai dalam mengelola bumbu dapur jadi masakan bercita rasa tinggi. Karenanya, daya cipta Fatmawati di dunia masak dikagumi banyak orang.

Ia pun tak pernah pernah sekalipun meninggalkan kebiasaan memasak. Sekalipun, ia sudah berstatus sebagai Ibu Negara. Nuraninya selalu tergerak untuk membaktikan diri kepada suaminya, Soekarno. Fatmawati sering mamasak sendiri makanan untuk keluarganya.

Megawati Soekarnoputri memasak bersama Prabowo Subianto di Kebagusan, Jakarta Selatan pada 7 Juli 2009. (ANTARA)

Ia paham benar tiap masakan yang menjadi kesukaan Bung Karno. Antara lain lodeh rebung, rendang, balado ikan, pecel, tempe goreng, sambel lele, gado-gado, ikan teri goreng, ikan kuning, pepes daun singkong, dan lain-lain.

Nuraninya pun turut terpanggil ketika Indonesia memasuki masa revolusi. Ia tak mau tinggal diam saja menanti revolusi usai di Istana Kepresidenan Yogyakarta. Fatmawati dengan sendirinya mengambil inisiatif untuk membantu perjuangan bangsa Indonesia. Ia membaktikan dirinya berkerja di dapur umum.

Pekerjaan itu dilakoninya tanpa memikirkan statusnya sebagai Ibu Negara. Ia terlibat sendiri dalam mencari bahan. Pun ia turut memasak makanan yang dpaat menjadi bekal pejuang kemerdekaan yang bertarung di garda terdepan. Usahanya pun terbalas. Masakannya berhasil buat pejuang kemerdekaan tak kelaparan di medan laga.

“Bersama-sama ibu-ibu yang bekerja di dapur, aku turut memasak, seperti yang diminta untuk dikirim ke front. Aku berniat untuk memasak rendang, karena rending bisa tahan lama. Semula aku minta bantuan seorang pembantu. Aku kira dia mau disuruh ke pasar untuk membeli daging, tapi aku mendapatkan jawaban yang mengecewakan hatiku.”

“Dengan alasan tak ada mobil. Dengan tak pikir panjang aku berpakaian, terus aku suruh panggil dokar, lalu aku ke pasar sendirian. Untuk membeli daging aku minta tolong pada kusir. Aku pergi tanpa pengawal. Memang sudah tabiatku, manakala niat baikku tak ditanggapi orang, maka aku berani bertindak sendiri,” ungkap Fatmawati dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno (2016).

Jadwal Khusus Megawati

Saban hari ketika memasak, Fatmawati acap kali melibatkan anaknya, Megawati. Fatmawati memberikan ragam peran anaknya dalam mengolah masakan sedari kecil. Kadang kala Megawati diminta mencari bumbu. Kadang pula membantu memotong sayuran. Perlahan-lahan ajian Fatmawati mengenal dunia masak ke anaknya berhasil. Hobi Fatmawati dalam memasak menurun kepada Megawati.

Megawati pun tumbuh jadi pribadi yang doyan masak. Tiap ada kesempatan, Megawati kerap memasak sendiri makanan enak. Soekarno pun kerap terkagum-kagum dengan makanan sang anak. Kegemaran itu berlanjut hingga Megawati jadi orang penting. Salah satunya, ketika Megawati mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Wakil Presiden RI.

Putri Bung Karno itu punya jadwal khusus dalam memasak sendiri: Rabu pagi. Masakan-masakan menggugah selara buatannya sering kali disajikan untuk menjamu rekan politiknya. Mereka yang biasa hadir sarapan di kediaman Megawati, tentu bukan orang sembarangan. Dari menteri, kapolri, panglima TNI, hingga presiden. Ia menyebutnya sebagai diplomasi, tapi lewat medium makanan. Sedang kaum jurnalis kerap menyebutnya sebagai sarapan politik.

Megawati Soekarnoputri saat dilantik menjadi Presiden RI pada 23 Juli 2001. (Wikimedia Commons)

Ia pun sampai hafal makanan kegemaran tamu-tamunya. Pun kalau Megawati lupa, maka ia akan bertanya langsung referensi masakan yang akan dibuat minggu depannya. Permintaan masakan dari Gus Dur, misalnya. Pemimpin Partai Perjuangan Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu sampai hafal makanan favorit Gus Dur.

“Jika pembicaraan resmi telah selesai, tepatnya menjelang kami membubarkan diri, biasanya Mbak Mega kembali rileks dan menanyakan menu sarapan pagi seminggu berikutnya. Mbak Mega bertanya: Mas Dur minggu depan ingin sarapan apa; apa soto, nasi timlo, nasi hainan, nasi rawon? Sebelum Gus Dur menjawab, biasanya KSAD E. Sutarto yang menjawab :Nasi gudeg saja, Bu.”

"Oh, ya aku sudah lama tidak makan nasi hainan, Mbak. Nasi hainan saja, ya, timpal Gus Dur meralat usul KSAD. Dan, pada minggu berikutnya Mbak Mega memang menghidangkan nasi hainan sebagai menu utama sarapan pagi sesuai dengan pesan ‘Mas Dur’-nya,” tutup Mahfud M.D. dalam buku Gus Dur: Islam, Politik, dan Kebangsaan (2010).

Begitulah sekelumit kebiasaan Megawati Soekarnoputri, Presiden RI yang doyan memasak.