Presiden Biden hingga Dubes AS di PBB Sanggah Menyerukan Perubahan Pemerintahan Moskow, Khawatir Reaksi Rusia?
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat mengklarifikasi pada Hari Minggu, pihaknya tidak memiliki kebijakan perubahan pemerintah di Rusia, setelah pernyataannya yang menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin 'tidak dapat tetap berkuasa.'
Komentar Presiden Biden di Polandia pada Hari Sabtu juga termasuk menyebut Presiden Putin sebagai 'tukang jagal', merupakan eskalasi tajam dari pendekatan AS ke Moskow atas invasinya ke Ukraina.
Para diplomat top Negeri Paman Sam pada Hari Minggu telah mengecilkan pernyataannya. Sementara Presiden Biden, yang ditanya oleh seorang reporter ketika dia meninggalkan kebaktian gereja di Washington apakah dia menyerukan perubahan rezim di Rusia, memberikan jawaban satu kata: "Tidak," melansir Reuters 28 Maret.
Sementara itu, Julianne Smith, Duta Besar AS untuk NATO, sebelumnya berusaha mengontekstualisasikan pernyataan Presiden Biden, dengan mengatakan mereka mengikuti satu hari berbicara dengan para pengungsi Ukraina di Warsawa. Invasi Rusia selama sebulan telah mendorong seperempat dari 44 juta penduduk Ukraina dari rumah mereka.
"Saat ini, saya pikir itu adalah reaksi manusia yang berprinsip terhadap cerita yang dia dengar hari itu," kata Smith kepada program 'State of the Union' CNN sebelum menambahkan: "AS tidak memiliki kebijakan perubahan rezim di Rusia, titik."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada konferensi pers di Yerusalem, Presiden Biden menyatakan Presiden Putin tidak dapat diberdayakan untuk berperang. Tetapi, Menlu Blinken mengatakan keputusan apa pun tentang kepemimpinan Rusia di masa depan, 'terserah rakyat Rusia.'
Menanggapi ini, Partai Republik dengan tegas mengatakan bahwa pernyataan Biden merupakan kesalahan yang disayangkan, dikhawatirkan menyebabkan masalah besar.
Senator James Risch, Republikan teratas di Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, menyebut pernyataan Presiden Biden sebagai 'kekeliruan yang menghebohkan', mengharapkan presiden tetap pada naskah.
"Kebanyakan orang yang tidak bergelut di jalur hubungan luar negeri tidak menyadari, sembilan kata yang diucapkannya akan menyebabkan letusan seperti yang mereka lakukan," sebutnya kepada CNN.
"Ini akan menyebabkan masalah besar," katanya, merujuk pada pernyataan Biden di Warsawa: "Demi Tuhan, orang ini tidak bisa tetap berkuasa."
Adapun Senator Rob Portman, yang juga anggota komite, menyesalkan kesalahan langkah publik di masa perang.
"Ini bermain di tangan propagandis Rusia dan bermain di tangan Vladimir Putin. Jadi itu adalah kesalahan," tukas Portman dalam program 'Meet the Press' NBC.
Baca juga:
- Lumpuhkan Pertahanan Udara Ukraina: Rusia Klaim Kuasai Kota Izyum, Hancurkan Depot Senjata hingga Kendaraan Lapis Baja
- Turki Nilai 'Barter' Rudal S-400 untuk Ukraina dengan Program Jet Tempur F-35 AS Tidak Realistis
- Media Rusia Klaim Temukan Sertifikat Pelatihan Inggris untuk Tentara Ukraina, Meliputi Keahlian Senjata hingga Medis
- Sebut Rusia Tidak Dapat Menangi Perang Nuklir, NATO Peringatkan Penggunaan Senjata Kimia: Mengubah Konflik dan Berdampak Luas
Amerika Serikat telah berusaha untuk mencapai keseimbangan selama konflik di Ukraina, untuk menghindari konfrontasi militer langsung dengan Rusia, mempercepat pengiriman senjata ke Kyiv untuk membantu pertempuran militernya, tetapi mengesampingkan pengiriman pasukan ke negara itu atau memberlakukan zona larangan terbang.
Dukungan itu telah memperkuat perlawanan Ukraina yang lebih ganas dari yang diperkirakan, dan Rusia telah gagal merebut kota besar Ukraina setelah lebih dari empat minggu pertempuran.
Diketahui, invasi Rusia telah menghancurkan beberapa kota Ukraina, menyebabkan krisis kemanusiaan besar dan menelantarkan sekitar 10 juta orang, hampir seperempat dari populasi Ukraina.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengkonfirmasi 1.119 kematian warga sipil dan 1.790 cedera di seluruh Ukraina tetapi mengatakan jumlah sebenarnya kemungkinan akan lebih tinggi. Ukraina mengatakan pada Hari Minggu 139 anak telah tewas dan lebih dari 205 terluka sejauh ini dalam konflik.