Presiden Biden Ingin Rusia Dicoret, Kremlin: G20 Penting Tapi Tidak Ada Hal Buruk yang Akan Terjadi
JAKARTA - Kremlin mengatakan pada Hari Jumat bahwa tidak ada hal buruk yang akan terjadi, jika Amerika Serikat dan sekutunya berhasil mengusir Rusia dari negara-negara ekonomi utama Kelompok Dua Puluh (G20), karena banyak anggota G20 tetap berperang ekonomi dengan Moskow.
Itu dikatakan oleh juru bicara Kremlin, ketika mengomentari pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyebut lebih suka mengeluarkan Rusia, setelah melakukan invasi ke Ukraina.
"Format G20 penting, tetapi dalam situasi saat ini, ketika sebagian besar peserta berada dalam keadaan perang ekonomi dengan kami, tidak ada hal buruk yang akan terjadi," kata Peskov kepada wartawan, ketika menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan pengusiran Rusia, melansir Reuters 25 Maret.
Lebih jauh Peskov mengatakan, dunia jauh lebih beragam daripada Amerika Serikat dan Eropa, memperkirakan upaya AS untuk mengisolasi Moskow, yang katanya sejauh ini hanya efektif sebagian, akan gagal.
Dia menambahkan, beberapa negara mengambil pendekatan yang lebih bijaksana terhadap Rusia dan tidak membakar jembatan, di mana Moskow akan membangun arah kebijakan baru di semua bidang.
Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan menurutnya Rusia harus dikeluarkan dari organisasi ekonomi utama Kelompok Dua Puluh (G20), topik yangdiangkat selama pertemuannya dengan para pemimpin dunia di Brussel pada Kamis pagi.
"Jawaban saya adalah ya, tergantung pada G20," kata Biden, ketika ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari grup tersebut.
Sementara itu, China, yang tidak mengutuk invasi Rusia dan mengkritik sanksi Barat, membela Moskow pada Rabu, menyebut Rusia sebagai "anggota penting" G20.
G20 adalah kelompok yang perlu menemukan jawaban atas isu-isu kritis, seperti pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
"Tidak ada anggota yang memiliki hak untuk memberhentikan negara lain sebagai anggota. G20 harus menerapkan multilateralisme yang nyata, memperkuat persatuan dan kerja sama," tegasnya dalam jumpa pers.
Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, anggota G20 harus memutuskan tetapi masalah itu bukan prioritas sekarang.
Baca juga:
- Lumpuhkan Pertahanan Udara Ukraina: Rusia Klaim Kuasai Kota Izyum, Hancurkan Depot Senjata hingga Kendaraan Lapis Baja
- Turki Nilai 'Barter' Rudal S-400 untuk Ukraina dengan Program Jet Tempur F-35 AS Tidak Realistis
- Media Rusia Klaim Temukan Sertifikat Pelatihan Inggris untuk Tentara Ukraina, Meliputi Keahlian Senjata hingga Medis
- Sebut Rusia Tidak Dapat Menangi Perang Nuklir, NATO Peringatkan Penggunaan Senjata Kimia: Mengubah Konflik dan Berdampak Luas
"Ketika sampai pada pertanyaan tentang bagaimana melanjutkan dengan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) dan G20, sangat penting untuk mendiskusikan pertanyaan ini dengan negara-negara yang terlibat dan tidak memutuskan secara individual," tukas Scholz.
Untuk diketahui, Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Presidensi G20 akan tetap mengundang Rusia untuk hadir dalam KTT G20 yang akan dihelat pada akhir Oktober nanti, di tengah derasnya kritik atas invasi ke Ukraina.
Staf Khusus untuk Penguatan Program-program Prioritas Kementerian Luar Negeri, sekaligus Co-Sherpa G20 Dian Triansyah Djani mengatakan, Indonesia akan tetap mengundang Rusia.
"Sebagai presidensi dan sesuai presidensi sebelumnya, Indonesia mengundang semua anggota," ujarnya dalam keterangan pers virtual