Rejimen Pengobatannya Berbeda, Ilmuwan Rusia Kembangkan Tes yang Mampu Bedakan Inveksi Virus dan Bakteri

JAKARTA - Staf Belgorod National Research University (BelSU) mengembangkan sistem pengujian inovatif yang memungkinkan untuk membedakan dengan cepat, antara infeksi virus dengan bakteri. Perkembangan itu akan mencegah pasien dari pengobatan yang salah dengan antibiotik, layanan pers universitas melaporkan Kamis.

"Infeksi virus dan bakteri memiliki rejimen pengobatan yang berlawanan. Oleh karena itu, dokter perlu mendiagnosis sifat patologi sedini mungkin. Secara fisiologis, dengan serangkaian tes standar, ini sangat sulit dilakukan," tulis layanan pers, mengutip Profesor Mikhail Pokrovsky, direktur Institut Farmakologi Kehidupan Sistem, tempat penelitian dilakukan, melansir Reuters 17 Maret

"Seseorang harus menjadi tenaga medis yang sangat terampil. untuk dapat melakukan itu. Itulah mengapa pencarian biomarker dan pengembangan sistem pengujian untuk membedakan infeksi virus dan bakteriologis sangat penting," sambungnya.

Kepala proyek 'Production of equipment-free in vitro diagnostic systems based on antibodies for screening studies' sekaligus peneliti dari BelSU Institute of the Pharmacology of Living Systems Alexandr Kulikov mencatat, persentase hasil mematikan pada pasien dengan COVID-19 di Rusia 7,4 kali lebih rendah daripada di dunia (0,91 persen) berkat diagnosis dini yang tepat.

Ilustrasi. (Wikimedai Commons/Mos.ru/Пресс-служба Мэра и Правительства Москвы, Максим Мишин)

"Tapi tes PCR, bagaimanapun, adalah praktik laboratorium murni. Bagaimana dengan "di sini dan sekarang? Misalnya, ketika memasuki universitas, toko, atau teater? Kami sudah memiliki solusi, tes imunokromatografi. Kinerjanya bagus, tapi mahal karena kerumitan produksi, jelas Kulikov.

"Kami menawarkan produk inovatif yang memungkinkan dokter menentukan dengan cepat apakah pasien terkena infeksi virus atau bakteriologis. Lagi pula, terapi yang tepat tergantung pada diagnosis yang benar," tandasnya.

Sistem pengujian memperhitungkan tingkat protein presepsin selama diagnostik, yang berubah tergantung pada sifat patologi. Ini dilepaskan ke dalam sirkulasi oleh fagosit selama fagositosis, dipelajari dengan baik dalam praktik laboratorium, berbeda dengan penanda yang sangat spesifik lainnya, protein C-reaktif dan prokalsitonin.

Untuk diketahui, saat ini Pharmacology of Living Systems sedang mencari mitra untuk penelitian antibodi monoklonal, komponen utama dari sistem pengujian. Penelitian akan dilakukan di Belgorod National Research University, yang merupakan lokasi produksi percontohan.

Mitra industri potensial telah menunjukkan minat dalam pengembangan. Sementara, para peneliti berharap untuk berhasil menerapkan sistem baru mengingat tantangan pandemi. Sistem diagnostik sedang dikembangkan di bawah program pengembangan strategis Prioritas 2030, tambah layanan pers universitas.