Nilai Presiden Biden Hina Presiden Putin dengan Menyebut Penjahat Perang, Kremlin: Dia Pelupa dan Mudah Tersinggung

JAKARTA - Kremlin pada Hari Jumat menyebut komentar Presiden Amerika Serikat Joe Biden, tentang timpalannya dari Rusia Vladimir Putin sebagai 'penghinaan pribadi'.

Lebih jauh, Kremlin menilai pernyataan Presiden Biden diduga dipicu oleh iritasi, kelelahan dan kelupaan.

Presiden Biden telah melabeli Putin sebagai 'penjahat perang' dan 'diktator pembunuh' dalam beberapa hari terakhir, setelah pemimpin Rusia bulan lalu mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina dalam apa yang disebutnya operasi militer khusus

Tujuannya untuk menurunkan kemampuan militer dan membasmi orang-orang yang disebut sebagai nasionalis berbahaya. Bukan untuk melakukan pendudukan wilayah, serta tidak menargetkan warga sipil.

"Kami mendengar dan melihat pernyataan yang sebenarnya merupakan penghinaan pribadi terhadap Presiden Putin," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, mengutip TASS 18 Maret.

"Mengingat sifat lekas marah dari Tuan Biden, kelelahannya dan terkadang kelupaan. Kelelahan yang mengarah pada pernyataan agresif, kami tidak akan membuat penilaian yang keras, agar tidak menyebabkan lebih banyak agresi," sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, pernyataan Pesiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut pemimpin Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang pada Hari Rabu 'tidak dapat dimaafkan', kata Kremlin ketika bersikeras perang di Ukraina "akan direncanakan" di tengah pembicaraan kompromi pada pembicaraan damai.

"Dia adalah penjahat perang," ujar Presiden Biden kepada wartawan.

"Kami melihat laporan bahwa pasukan Rusia menyandera ratusan dokter dan pasien di rumah sakit terbesar di Mariupol," tutur Presiden Biden, mengakui kengerian yang terjadi, melansir CNN.

"Ini adalah kekejaman. Mereka adalah kemarahan dunia. Dan dunia bersatu dalam dukungan kami untuk Ukraina dan tekad kami untuk membuat Putin membayar harga yang sangat mahal," tandasnya.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan komentar itu adalah "retorika yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan", menurut kantor berita TASS.

Terpisah, Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, Presiden Putin akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan perang di Pengadilan Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda.

Melansir The Guardian, Menteri Javid menyebut Vladimir Putin akan "bertanggung jawab" atas kejahatan perang di Ukraina di pengadilan pidana internasional di Den Haag, dengan Inggris akan membantu mengumpulkan bukti yang diperlukan.

Adapun Menteri Kehakiman Inggris Dominic Raab, melakukan perjalanan ke Den Haag pada Hari Senin untuk membantu memastikan, "ketika penuntutan itu datang, pengadilan akan memiliki apa yang dibutuhkannya," tukas Javid dalam program BBC One’s Breakfast.