Ethereum 2.0 Bakal Segera Diluncurkan, Ini Hal-hal yang Harus Diketahui
JAKARTA – Spekulasi mengenai peralihan Ethereum ke Ethereum 2.0 semakin santer. Pasalnya, saat ini Ethereum menggunakan algoritma konsensus proof of work (PoW) seperti Bitcoin.
PoW memungkinkan penambangan dengan menggunakan komputasi berdaya tinggi guna memecahkan teka-teki matematika kompleks untuk memverifikasi transaksi. Karena hal itu PoW diklaim boros energi dan tidak ramah lingkungan serta memiliki biaya transaksi tinggi.
Upaya pengembang Ethereum untuk beralih ke algoritma konsensus proof of stake (PoS) kian masif setelah biaya transaksi di jaringan ETH dinilai terlalu tinggi. Peralihan Ethereum dari PoW ke PoS ditujukan untuk meningkatkan kecepatan jaringan, skalabilitas, dan efisiensi di jaringan Ethereum sehingga dapat memproses transaksi dalam jumlah banyak dan mengurangi kemacetan layanan. Di antara beberapa cryptocurrency lain yang menggunakan PoS adalah Algorand (ALGO) dan Cardano (ADA), serta Solana (SOL).
Kendati demikian belum diketahui kapan Ethereum akan beralih ke Ethereum 2.0 atau dari PoW ke PoS. Namun beberapa waktu lalu CEO ConsenSys Joseph Lubin memberi bocoran terkait peralihan tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan Decrypt pada Desember lalu di Miami, Lubin memprediksi Ethereum 2.0 akan datang pada kuartal ke-2 dan bisa juga mundur ke kuartal ke-3 tahun 2022 ini. Pada acara Camp Ethereal yang digelar di Wyoming pada pekan lalu, Lubin kembali membahas Eth2.0.
Baca juga:
"Penggabungan sedang terjadi, secara mengejutkan, pada jangka waktu yang sama,” kata Lubin. “Jadi perkiraan saya tetap sama. Kami memiliki tim yang bekerja keras, sangat keras untuk itu.”
Kemudian Lubin membahas rencana selanjutnya, yakni mentransmisikan mainnet Ethereum saat ini ke jaringan Beacon yang beroperasi secara paralel. Ini akan berkembang menjadi Ethereum 2.0. Mekanisme ini mendorong Ethereum Foundation untuk mengubah nama Ethereum 2.0 menjadi “Consensus Layer” atau “Consensus Chain” ungkap Lubin, seperti yang dilansir dari Decrypt.
Di sisi lain, Bitcoin yang menggunakan mekanisme proof of work menuai kritikan dari berbagai kalangan karena dinilai terlalu besar dalam mengkonsumsi energi dan berdampak negatif bagi lingkungan. Ini juga yang mendorong Elon Musk menangguhkan pembayaran Bitcoin untuk pembelian mobil listrik Tesla pada tahun lalu.