Kesal Rakyat Disebut Penimbun, Salahkan Operasi Pasar Mendag, Rizal Ramli Beberkan Cara Atasi Krisis Minyak Goreng

JAKARTA - Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli mengkritik kinerja Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatasi krisis minyak goreng. Kelangkaan minyak goreng terjadi sejak akhir 2021, namun hingga saat ini belum terkendali.

"Waktu minyak goreng langka, dia [Mendag] katakan ini beres kok, selesai kok, engga ada kelangkaan, ternyata ini sudah masuk bulan keempat, nunjukin dia engga ngerti masalah, engga bisa kerja," kata Rizal kepada VOI, Kamis 17 Maret.

Rizal mengatakan, Indonesia sebagai negara eksportir minyak sawit terbesar di dunia seharusnya dapat menuntaskan persoalan krisis minyak goreng dengan cepat. Dia pun mempertanyakan langkah Mendag selama ini.

"Masalahnya itu management of abundances aja engga bisa, management barang yang berlimpah aja engga bisa, apalagi management barang yang langka?" imbuhnya.

Saat menangani krisis ini, Mendag diketahui sempat menyalahkan masyarakat yang melakukan panic buying di tengah kelangkaan minyak goreng. Situasi tak berubah, masyarakat saat ini juga masih mau mengantre panjang demi mendapatkan minyak goreng.

Menurut Rizal, seharusnya Mendag menangkap pemicu persoalan itu lantaran langkanya pasokan minyak goreng. Stok minyak goreng curah yang "gaib" di pasar memicu masyarakat berbondong-bondong beralih ke minyak goreng kemasan sehingga menimbulkan panic buying, bukan upaya penimbunan.

"Kemudian disalahkan rakyat, saya kesal, masa dia bilang yang menimbun itu rakyat. Mayoritas rakyat kita pekerja harian, incomenya pun engga setiap hari lah, bukan pegawai. Jadi engga mungkin lah nimbun minyak goreng. Sampai kemarin saya lihat, masih antrean berkilo-kilometer. Masalah gitu aja engga bisa diberesin," ujar dia.

Selanjutnya Mendag melakukan operasi pasar untuk mengatasi pasokan serta menstabilkan harga minyak goreng. Namun, Rizal menilai upaya itu tidak akan membalikan keadaan.

"Diagnosanya salah, dia pikir dengan operasi pasar bisa nolong. Salah besar, karena operasi pasar itu kurang dari 2 persen dari permintaan. Yang ada orang yang ngantre main banyak, makin lama, orang makin takut harganya naik," tuturnya.

Rizal mengaku kelangkaan bahan pokok seperti ini pernah ditanganinya saat menjadi pejabat negara. Dalam penanganannya, harusnya Mendag memberhentikan muatan besar ekspor minyak goreng untuk stok masyarakat di dalam negeri.

"Masalahnya bukan itu, bagaimana pasokan yang besar itu, yang diekspor, dipakai untuk dalam negeri. Jadi soal begini [Mendag] aja engga ngerti. Bahwa pejabat, petugas partai seneng bagi-bagi minyak goreng lewat operasi pasar, itu kan cuma pencitraan doang," tandasnya.