Pemakzulan Trump di Tangan Anggota Kongres Perempuan Pertama AS Nancy Pelosi
JAKARTA - Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi jadi sorotan ketika ia memakzulkan Presiden Donald Trump. Berdiri di samping bendera AS, dengan tegas Pelosi mengatakan bahwa pemakzulan yang disetujui oleh 230 suara anggota dewan bukanlah sesuatu yang dilakukan atas nama partai, melainkan hal yang harus mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab akan sumpah yang mereka ucapkan kepada konstitusi lantaran tindakan Trump yang dinilai telah menyalahgunakan posisi sebagai presiden.
Namun pemakzulan tersebut justru dipandang Trump sebagai gertakan tak berarti. Apalagi, sejak 18 Desember 2019 hingga kini, pihak DPR AS belum menindaklanjuti pemakzulan yang mereka lakukan. Trump juga mengklaim bahwa pemakzulan yang dilakukan oleh Pelosi sekadar menunjukkan rasa bencinya terhadap Partai Republik.
"Dia (Pelosi) membenci Partai Republik. Dia membenci semua orang yang memilih saya dan Partai Republik," kata Trump kepada wartawan saat berlibur Natal di Mar-a-Lago, dilansir dari Daily Mail, Sabtu 4 Januari.
Hubungan Pelosi-Trump sedari awal memang tidak baik. Sikap Pelosi yang keras selalu membuat Trump marah, yang memiliki sejarah panjang dalam menyerang wanita yang memiliki identitas yang kuat. Namun ejekan yang dilontarkan Trump semakin lama menjadi bentuk dendam pribadi selama bulan-bulan menjelang pemakzulannya.
Pada Oktober 2019, Trump menyerang Pelosi dengan menyebutnya sakit mental. Pada November 2019, Trump juga mengklaim bahwa gigi Pelosi "rontok". Dalam surat setebal enam halaman kepada Pelosi, Trump juga menuduhnya berbohong ketika Pelosi mengatakan dia berdoa untuk Trump dan menuduh doa-doa yang dimaksudkan Pelosi adalah doa-doa yang negatif. Tak gentar, Pelosi tetap maju untuk memakzulkan Trump pada 18 Desember 2019.
Keterangan status Twitter: Nancy Pelosi menjadi bahan ejekan di Twitter Trump, namun masyarakat justru menilai Pelosi menjadi wanita terkuat di tengah kekuatan para pria.
Sejarah dibuat Pelosi
Nancy Pelosi bukanlah wanita biasa yang kebetulan terjun di dunia politik AS. Pelosi berasal dari tradisi keluarga yang kuat dalam pelayanan publik. Almarhum ayahnya, Thomas D'Alesandro Jr., menjabat sebagai Walikota Baltimore selama 12 tahun, setelah mewakili kota selama lima periode di Kongres. Saudaranya, Thomas D'Alesandro III, juga pernah menjabat sebagai Walikota Baltimore.
Pada 4 Januari 2007, Nancy Pelosi mengukir sejarah AS sebagai wanita pertama yang menduduki jabatan ketua DPR. Saat itu, John Boehner menyerahkan palu DPR kepada Nancy Pelosi yang kala itu adalah seorang perwakilan Demokrat dari California.
Selain menjadi wanita pertama yang memegang posisi Ketua DPR, Pelosi juga menjadi satu-satunya wanita yang memiliki posisi terdekat dengan struktur kepresidenan. Setelah Wakil Presiden, Pelosi berada di urutan kedua dalam urutan suksesi presiden. Sikap kuatnya bak baja membuat Pelosi kembali menjadi Ketua DPR AS pada 2018.
Baca juga:
“Ini adalah momen bersejarah bagi Kongres, dan momen bersejarah bagi para wanita di negara ini (AS). Ini adalah saat di mana kami telah menunggu lebih dari 200 tahun. Untuk putri dan cucu perempuan kami, hari ini kita telah memecahkan langit-langit marmer. Bagi putri dan cucu perempuan kami, langit adalah batasnya, segalanya mungkin bagi mereka," kata Pelosi saat terpilih menjadi Ketua DPR AS.
Karier Pelosi dimulai 20 tahun yang lalu, ketika ia merupakan salah satu dari 25 wanita yang bertugas di DPR dan Senat. Dia secara sukarela bergabung dengan Demokrat pada 2001 dan menjabat sebagai pemimpin minoritas pada 2002. Karier politik Pelosi semakin gemilang pada 2003 ketika ia menjadi wanita pertama yang memimpin partai di Kongres.
Dengan menggunakan apa yang disebutnya sebagai suara "ibu lima anak", Pelosi mulai mendorong persatuan di antara beragam faksi di dalam partainya dengan merangkul kaum konservatif dan modern. Pelosi juga menjadi salah satu anggota dewan yang menentang permintaan Presiden George W. Bush mengerahkan militer di Irak. Hingga akhirnya pada 2007, ia terpilih sebagai Ketua DPR.
Selama dua periode pertamanya sebagai Ketua DPR dari 2007 hingga 2011, ia mengembangkan reputasi diri sebagai penggalang dana yang tak kenal lelah dan penjamin suara yang sukses. Masa jabatannya sebagai Ketua DPR juga bertepatan dengan periode pertama masa jabatan Barack Obama. Pelosi berperan penting dalam mengorganisir hukum layananan kesehatan federal atau yang kerap disebut Obamacare.
Pelosi juga memiliki suara yang kuat dalam menegakkan hak-hak wanita. Ia berperan penting dalam Undang-Undang Perburuhan Adil Lilly Ledbetter untuk mengembalikan posisi perempuan dan semua pekerja untuk melawan diskriminasi upah. Prestasi legislatifnya juga mencakup pengalihan investasi dalam bantuan dana untuk perguruan tinggi, energi bersih dan inovasi, dan inisiatif untuk membantu usaha kecil dan veteran.
Di bawah kepemimpinan Pelosi, Kongres ke-111 digembar-gemborkan sebagai salah satu Kongres paling produktif dalam sejarah oleh ahli politik Norman Ornstein. Pelosi bekerja tanpa lelah untuk meningkatkan jumlah perempuan dalam pelayanan publik dan melalui kepemimpinannya, ia membuka jalan bagi lebih banyak perempuan di AS untuk memasuki dunia politik. Pelosi juga masuk dalam jajaran 20 wanita yang berpengaruh di dunia politik versi majalah Forbes.