Bagikan:

JAKARTA - Selain membantu orang untuk menyeruput minuman, sedotan bermanfaat untuk mengurangi kerusakan gigi, karena misalnya saat meminum minuman yang berkarbonasi, sedotan akan membantu mengalirkan minuman langsung ke kerongkongan tanpa mengenai gigi. Semua kenikmatan itu mungkin tak dapat kita rasakan andai saja Marvin C Stone tak mengembangkan alat yang bernama sedotan itu. 

Dilansir dari Witty Feed, sedotan pertama kali ditemukan saat digunakan untuk minum-minum di bar. Kemungkinan besar, sedotan dipakai untuk menghindari berbagai endapan hasil fermentasi di bagian bawah terminum. Namun sedotan zaman dulu terbuat dari rerumputan termasuk rye grass. Sedotan alami ini memang murah, sayangnya juga cepat rusak dan yang menjengkelkan yakni mengubah cita rasa minuman. 

Sampai akhirnya Marvin Stone yang saat itu sedang meminum koktail mint julep di Washington DC, Amerika Serikat, merasa jengah karena sedotan yang ia gunakan membuat rasa minumannya menjadi apek dan cepat rusak saat sedang diminum. Dari situ akhirnya ia mendapat ilham untuk membuat sedotan dari kertas. 

Seperti dikutip The Washington Post, ide Stone saat itu adalah melilitkan kertas pada pensil dengan membentuk spiral. Kemudian lilitan itu direkatkan dengan lilin parafin. Setelah merekat, pensil lalu dilepaskan perlahan sehingga membentuk rongga pada kertas yang dililitkan tadi.  

Marvin Stone (Commons Wikimedia)

Hasil kerajinan tangan dia ini kemudian ia bawa ke kedai minum favoritnya, yakni sebuah bar di Ninth Street NW, dan meminta si pemilik kedai untuk menyimpannya. Dari situ sedotan buatan bikinan Stone mulai banyak yang mencari.

Stone kemudian buru-buru mematenkan temuannya itu. Pada 11 Mei 1887 Stone mengajukan hak paten untuk sedotan buatannya. Setahun kemudian atau tepatnya hari ini, 3 Januari lebih dari satu abad yang lalu Stone mendapatkan hak patennya di Washington, AS.

"Ketahuilah bahwa saya, Marvin C. Stone, dari Distrik Columbia, Washington, telah menemukan pengembangan sedotan buatan," kata Stone dalam surat pengajuan hak patennya.

Stone menjelaskan bahwa tujuan dari penemuan itu adalah untuk menyediakan pengganti sedotan alami yang bukan hanya bisa digunakan untuk minuman melainkan untuk medis juga. "Menyediakan pengganti (sedotan) yang lebih murah, dan tahan lama," tulisnya. 

Banting setir

Pada tahun 1890-an, Stone telah mendirikan pabrik di Ninth Street NW dekat Pennsylvania Avenue dan mempekerjakan ratusan karyawan. Stone nampaknya menjadi bos yang baik hati, pasalnya seperti dutulis The Evening Star pada 1891, para karyawan Stone Straw --nama perusahaan sedotan Stone-- diperlakukan lebih dari sekadar pekerja kasar, kenyamanan pribadi dan kesejahteraan mereka juga terpelihara. 

Selain itu ia juga menyediakan satu ruangan besar di pabriknya dan dilengkapi dengan piano, untuk karyawannya menari dan bernyanyi saat makan siang. Di sana juga disediakan perpustakaan khusus untuk karyawan Stone Straw. 

Sebelum menjadi bos sedotan buatan, Stone sebelumnya adalah produsen pembuat bungkus rokok. Dalam sehari ia bisa memproduksi satu juta bungkus rokok yang ia suplai kepada perusahaan rokok Duke tobacco. Namun seiring lebih berkembangnya Stone Straw, Marvin Stone lebih banyak memproduksi sedotan daripada bungkus rokok.

Stone Straw menjelma jadi perusahaan yang terus berkembang. Selain sedotan, mereka juga memproduksi gagang lolipop, wadah kertas untuk bahan kimia, dan segala barang kebutuhan lainnya. Pada 1956, pabrik Stone di Jalan Franklin sudah bisa menghasilkan 8 juta sedotan perharinya.

Saking banyaknya, sedotan buatan kemudian seperti menjadi bencana karena mencemari lingkungan khususnya laut. Lalu, dengan semakin banyaknya sedotan saat ini, apakah kita harus kembali menggunakan sedotan alami dari jenis rumput ryegrass?