Ukraina Minta Dukungan ke Apple Agar Blokir Penjualan dan Tutup App Store di Rusia

JAKARTA - Konflik Rusia dan Ukraina tampaknya semakin memanas, termasuk di bidang bisnis. Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov mendesak Apple untuk menghentikan penjualan produk di Rusia dan menutup App Store di negara itu.

Permintaan itu disampaikan Fedorov dalam sebuah surat yang dia unggah melalui Twitter resminya, ditujukan kepada Chief Executive Officer Apple, Tim Cook.

Di samping meminta Apple menghentikan penjualan produk, Fedorov juga mengatakan Apple harus mendukung sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia menyusul invasi negara itu ke Ukraina.

 “Saya memohon kepada Anda dan saya yakin bahwa Anda tidak hanya akan mendengar, tetapi juga melakukan segala yang mungkin untuk melindungi Ukraina, Eropa, dan, akhirnya, seluruh dunia demokratis dari agresi otoriter berdarah untuk berhenti memasok layanan dan produk Apple ke Federasi Rusia, termasuk memblokir akses ke App Store,” ujar Fedorov dalam surat itu.

Fedorov mengakhiri suratnya kepada Cook, dengan apa yang Ukraina harapkan akan terjadi jika Apple menarik diri dari Rusia.

"Kami yakin bahwa tindakan seperti itu akan memotivasi pemuda dan penduduk aktif Rusia untuk secara proaktif menghentikan agresi militer yang memalukan," kata Fedorov.

Cook sebelumnya mengatakan bahwa Apple melakukan semua yang bisa dilakukan untuk timnya di Ukraina dan akan mendukung upaya kemanusiaan, tetapi perusahaan tersebut belum secara terbuka menanggapi permintaan Fedorov.

Melansir Bloomberg, Sabtu, 26 Februari, Apple saat ini mengoperasikan toko online di Rusia yang menjual iPhone, Mac, iPad, AirPods, dan produk lainnya langsung ke konsumen.

Raksasa teknologi AS itu juga menjual perangkat lunak dan layanan secara lokal serta mengoperasikan App Store versi Rusia. Perusahaan baru-baru ini menambahkan fitur ke perangkat lunak iPhone untuk menyoroti aplikasi yang dikembangkan di Rusia kepada pengguna perangkatnya.

Rusia mulai memberlakukan undang-undang tahun lalu yang mengharuskan perusahaan teknologi seperti Apple, Google, dan Meta untuk memiliki kehadiran fisik di dalam negara tersebut.

Diwartakan sebelumnya, Rusia melancarkan serangan militer skala penuh di Ukraina pada Kamis pagi, memasuki negara itu dari tiga sisi dan menyerang melalui darat, udara dan laut.

Negara yang dipimpin Vladimir Putin itu membom kota-kota besar di Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, yang dibombardir dengan rudal pada Jumat pagi.

Sebagai tanggapan atas invasi tersebut, pemerintah AS dan sekutunya telah meluncurkan sanksi baru terhadap Rusia untuk memblokir aksesnya ke ekspor dengan harapan membatasi kemampuan militer dan teknologinya. Selain itu, sanksi tersebut menargetkan oligarki Rusia dengan membatasi kemampuan mereka untuk melakukan bisnis dalam dolar, euro, pound, dan yen.