Serangan Rudal dan Artileri Hujani Kiev dan Sekitarnya, Ukraina Siapkan Diplomasi dengan Rusia
Tentara Ukraina tengah memeriksa puing-puing dampak serangan Rusia. (foto: dok. antara)

Bagikan:

JAKARTA- Serangan pasukan Rusia ke Ukraina semakin masif. Mereka meluncurkan serangan rudal dan artileri terkoordinasi di kota-kota Ukraina pada Sabtu, 26 Februari. Ibukota, Kiev, menjadi sasaran utama. Bahkan sebuah tembakan meletus di dekat gedung-gedung pemerintah di pusat kota.

Menurut pejabat militer dan seorang saksi mata yang dikutip Reuters, pihak berwenang Ukraina telah mendesak warganya untuk membantu mempertahankan Kiev. Serangan pasukan Rusia pada Kamis, 24 Februari  telah menjadi krisis keamanan Eropa terburuk dalam beberapa dasawarsa terakhir.

“Peluru artileri meledak di Kiev,” kata seorang saksi mata Reuters.

Ketika pertempuran semakin sengit, pemerintah Rusia dan Ukraina masih mengisyaratkan keterbukaan untuk negosiasi. Ini menjadi secercah harapan pertama untuk diplomasi sejak Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi.

Pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia menembakkan rudal jelajah dari Laut Hitam ke kota Sumy, Poltava dan Mariupol. Bahkan sempat terjadi pertempuran sengit di dekat kota selatan Mariupol.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, berbicara dalam pesan video dari luar kantornya di Kiev, menantang pasukan Rusia. "Kami tidak akan meletakkan senjata, kami akan membela negara kami," kata Zelenskiy.

Dakam sebuah posting di akun twitternya,  Zelenskiy juga menunjukkan jika keadaan Kiev masih baik-baik saja.

Ia juga menyatakan bahwa Ukraina sudah mendapatkan dukungan dari Presiden Prancuis Emmanuel Macron yang berjanji akan mengirimkan senjata dan peralatan ke Ukraina untuk memerangi invsi Rusia. 

Komando angkatan udara sebelumnya melaporkan pertempuran sengit di dekat sebuah pangkalan udara di Vasylkiv barat daya ibu kota. Wilayah ini menjadi sasaran pasukan terjun payung Rusia.

Menurut salah satu pejuang Ukraina mereka  telah menembak jatuh sebuah pesawat angkut Rusia. Namun Reuters tidak dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.

Kantor berita Interfax mengatakan pasukan Rusia telah menguasai pembangkit listrik tenaga air di Kiev. Akan  tetapi Mykhailo Podolyak, penasihat kantor presiden, mengatakan situasi di Kiev dan pinggirannya masih terkendali.

"Ada kasus kelompok sabotase dan pengintaian yang bekerja di kota, polisi dan pasukan pertahanan diri bekerja secara efisien melawan mereka," kata Podolyak.

Penduduk Kiev sudah diperintah oleh kementerian pertahanan untuk membuat bom bensin guna mengusir penjajah.

Namun menurut seorang pejabat bantuan PBB, beberapa keluarga meringkuk di tempat penampungan dan ratusan ribu telah meninggalkan rumah mereka untuk mencari keselamatan.

Ukraina mengatakan lebih dari 1.000 tentara Rusia tewas. Namun Rusia tidak merilis angka korban secara pasti. Zelenskiy mengatakan Kamis malam bahwa 137 tentara dan warga sipil tewas dan ratusan lainnya terluka.

Seruan Putin

Setelah berminggu-minggu peringatan dari para pemimpin Barat, Putin melancarkan invasi tiga arah ke Ukraina dari utara, timur dan selatan pada Kamis, dalam serangan yang mengancam akan menjungkirbalikkan tatanan Eropa pasca-Perang Dingin.

"Saya sekali lagi mengimbau personel militer angkatan bersenjata Ukraina: jangan biarkan neo-Nazi dan (nasionalis radikal Ukraina) menggunakan anak-anak, istri, dan orang tua Anda sebagai tameng manusia," kata Putin pada pertemuan yang disiarkan televisi dengan Dewan Keamanan Rusia.

"Rebut kekuasaan dengan tangan sendiri."

Putin telah menyebut kebutuhan untuk "mendenazifikasi" kepemimpinan Ukraina sebagai salah satu alasan utamanya untuk invasi, menuduhnya melakukan genosida terhadap penutur bahasa Rusia di Ukraina timur. Kiev dan sekutu Baratnya menolak tuduhan itu sebagai propaganda tak berdasar.

Ukraina sangat antusias memilih kemerdekaan saat jatuhnya Uni Soviet dan Kiev berharap untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa - aspirasi yang membuat marah Moskow.

Putin mengatakan Ukraina, negara demokratis berpenduduk 44 juta orang, adalah negara tidak sah yang dibentuk dari Rusia. Pandangan Putin ini dinilai Ukraina bertujuan untuk menghapus lebih dari seribu tahun sejarah mereka.

Sementara negara-negara Barat telah mengumumkan rentetan sanksi terhadap Rusia. Termasuk memasukkan bank-bank mereka ke daftar hitam dan melarang ekspor teknologi. Tetapi mereka tak memaksanya keluar dari sistem SWIFT untuk pembayaran bank internasional.

Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada Putin, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Valery Gerasimov. Uni Eropa dan Inggris sebelumnya sudah membekukan aset apa pun yang dimiliki Putin dan Lavrov di wilayah mereka. Kanada juga mengambil langkah serupa.

Invasi tersebut memicu serangkaian pergerakan peringkat kredit pada Jumat lalu. S&P menurunkan peringkat Rusia menjadi status "sampah".  Begitu pula Moody's meninjaunya untuk penurunan peringkat menjadi sampah, dan S&P dan Fitch dengan cepat memangkas Ukraina karena kekhawatiran gagal bayar.

Namun di tengah kekacauan perang muncul secercah harapan. Seorang juru bicara Zelenskiy mengatakan Ukraina dan Rusia akan berkonsultasi dalam beberapa jam mendatang mengenai waktu dan tempat untuk pembicaraan.

"Ukraina telah dan tetap siap untuk berbicara tentang gencatan senjata dan perdamaian," kata juru bicara Zelenskiy, Sergii Nykyforov, dalam sebuah unggahan Facebook. "Kami menyetujui usul Presiden Federasi Rusia."