GEB Punya Cara untuk Mengamankan Pasokan Batu Bara sebagai Bahan Baku PLTU
BULELENG – Batu bara adalah bahan baku yang digunakan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) untuk memproduksi listrik. PT General Energy Bali (GEB) atau lebih dikenal dengan PLTU Celukan Bawang punya cara dan sistem sendiri agar pasokan batu bara dari pemasok terjamin untuk memenuhi kebutuhan produksi listrik.
Hal itu dikemukakan oleh Helmy Rosadi, PLN Dispatch Coordinator PT GEB. “GEB menyiapkan batu bara sesuai dengan deklarasi kesiapan availability yang direncanakan setiap bulan. Kita punya target pasokan batu bara setiap bulan yang sudah di infokan ke supplier. Jadi saat ini menjelang akhir bulan kita minta pemasok batubara berapa ton yang bisa dikirimkan ke GEB, tergantung dari kontrak masing-masing pemasok. Jadi meskipun nanti realisasi pembebanan yang diminta oleh PLN (Capacity Factor/ CF%) kurang dari deklarasi kesiapan bisa menjadi cadangan kita. Selama ini load factor realisasi selalu melebihi rencana deklarasi karena memang PLTU GEB ini menjadi satu-satunya andalan PLN untuk dioptimalkan di Pulau Bali, selain murah namun andal,” katanya kepada VOI yang mengubunginya Jumat 18 Februari.
Saat ini, kata Helmy pasokan batu bara di GEB selalu dalam kondisi cukup. “Stok batu bara GEB selalu di atas 15 HOP (Hari Operasi). Bahkan beberapa pekan terakhir ini pernah sampai di atas 20 HOP sesuai dengan target PLN ke setiap pembangkit harus lebih dari 15 HOP untuk keamanan supply pasokan ke depan. Sebagai informasi kebutuhan harian batu bara jika dibebankan full load 24 jam / hari sekitar 5.000 t/h 3 unit,” paparnya.
Sekarang GEB bekerjasama dengan pemasok batu bara yang sudah terkemuka. Ada tiga pemasok utama yang memenuhi kebutuhan GEB; KPC, Adaro dan SLBM. Ketiga pemasok ini mendatangkan batu bara dari pulau Kalimantan. Sejauh ini pasokan dari ketiga pemasok tersebut, kata Helmy, lancar. Namun pernah beberapa kali pengiriman tertunda karena faktor cuaca, tapi hal itu masih bisa teratasi.
Agar kelancaran pasokan batu bara terjamin ada kontrak khusus antara GEB dengan pemasok. “Untuk kontrak batu bara GEB dengan PLN menggunakan sistem ‘Pass Through’. Sedanghkan GEB membeli batu bara sesuai dengan kebutuhan ke pemasok dengan own cost (biaya sendiri). Kemudian kita tagihkan ke PLN berupa komponen C setiap awal bulan,” ungkap Helmy.
Mutu Batu Bara
Batu bara yang dipasok untuk GEB harus punya standar mutu tertentu. Dan hal ini tertuang dalam kontrak kerja antara pemasok dan GEB. “Spesifikasi batu bara yang dikirimkan kepada kami harus sesuai kontrak batu bara dengan PLN, yaitu CSA (Coal Supply Agreement) telah menyebutkan range kalori, moisture, ash content, AFT, slagging index tertentu yang sesuai dengan spesifikasi boiler GEB. Dan spesfikasi ini telah dicatat dalam kontrak dengan masing-masing pemasok batu bara untuk GEB. Jadi pemasok telah mengetahui spesifikasi ini yang tertuang dalam COA (Coal of Analysis) dan diterbitkan oleh pemasok sebelum batu bara dikirim ke PLTU kami,” papar Helmy.
Standar mutu batu bara yang digunakan ini harus sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati, karena mutu batu bara sangat mempengaruhi operasional unit terutama di Boiler. Agar produksi listrik yang dihasilkan PLTU sesuai dengan CF yang diminta oleh PLN serta target AFp yang telah dideklarasikan.
Lalu limbah hasil pembakaran batu bara itu alihkan ke mana dan apakah bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain? Menurut Helmy, ke depan ada kemungkinan limbah ini akan dimanfaatkan namun untuk saat ini kami mengirimkannya ke pulau Jawa melalui transporter yang bersertifikasi. “Limbah batu bara PLTU ada dua jenis yaitu fly ash dan bottom ash. Limbah fly ash diangkut menggunakan truk kapsul tertutup untuk langsung dibawa oleh pihak ketiga transporter LB3 ke pulau Jawa. Sedangkan limbah bottom ash dibawa oleh dump truck dari bottom ash bin ke tempat penampungan sementara ash yard yang ada di PLTU. Kemudian dibawa juga oleh transporter LB3,” katanya.
Untuk saat ini lanjut Helmy, belum ada pemanfaatan limbah batu bara ini yang dibuat atau digunakan untuk bahan lain yang bermanfaat. Namun ke depan ada wacana PLN Distribusi Bali akan menjalin kerjasama dengan GEB untuk pemanfaatan limbah ini yang akan digunakan sebagai campuran semen. Hal ini atas adanya pemintaan beberapa banjar adat di sekitar pulau Bali untuk memperbaiki akses jalan setempat. Saat ini sedang dibicarakan skemanya seperti apa pemanfaatnya. Pihaknya akan menginformasikan lebih lanjut jika sudah tercapai kesepakatan.
Selama ini kata Helmy GEB menggunakan teknologi terbaru dalam pembakaran. “PLTU GEB didesain menggunakan steam turbine reheat yang merupakan teknologi yang cukup mahal. Di mana uap turbin diumpankan kembali ke pipa boiler (reheat) untuk dipanaskan ulang, jadi bisa effisien dan terutama bisa menghemat supply dari air baku (air demin). Turbin GEB di desain dengan kapasitas 3x142 MW terpasang,” jelasnya.
Saat ditanya apakah kendala yang dihadapi selama ini, Helmy menegaskan bukannya tanpa kendala, namun semuanya bisa diatasi. “Kendala operasi bisa dikategorikan dalam dua hal yaitu internal dan eksternal. Sejauh ini kendala internal tidak terlalu banyak permasalahan karena adanya kontrak PLTU Celukan Bawang dengan O&M (Operational & Maintenance) company salah satunya yaitu menjaga keandalan operasional unit agar AF (Availability Factor) bulanan tercapai. O&M mempunyai beberapa strategi operasi maupun pemeliharaan untuk menjamin keandalan mesin-mesinnya,” katanya.
Baca juga:
- PT GEB - PLTU Celukan Bawang, Menanti Realisasi Vaksin Booster
- Misi Menjaga Listrik untuk KTT G20 Telah Dimulai, PT GEB Catatkan Penurunan Signifikan Gangguan di Bali
- Pakai Angkuta Kereta Api, Bukit Asam Tingkatkan Pasokan Batu Bara ke PLN Hingga 20 Juta Ton
- Ekonomi Bali Menuju Pulih, Beban Listrik Naik, Apa Kabar Rencana Pengembangan PLTGU Celukan Bawang 2?
Kendala eksternal, kata Helmy salah satunya berhubungan dengan mutu batu bara yang masuk. “Terkait kendala eksternal seperti kualitas batu bara yang tidak sesuai spek akan sangat mempengaruhi unjuk kerja mesin terutama pembakaran di boiler bisa menimbulkan slagging yang cukup massive dengan keras yang bisa membuat beberapa peralatan terganggu akibatnya unit kita harus turun beban beberapa saat untuk mengatasinya,” tandas Helmy Rosadi.