Pesawat Sipil Dekati Wilayah Taiwan, Strategi Baru China Uji Reaksi Militer Taipei?
JAKARTA - Sebuah pesawat kecil sipil China terbang sangat dekat dengan pulau terpencil yang dikendalikan Taiwan di sebelah pantai China awal bulan ini, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada Hari Selasa, menambahkan China mungkin mencoba strategi baru untuk menguji reaksinya.
Taiwan telah mengeluh selama dua tahun terakhir dari aktivitas militer China yang berulang di dekatnya, sebagian besar angkatan udara China terbang ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan di lepas pantai barat daya dan selatannya, meskipun relatif jauh dari Taiwan sendiri.
Mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, China disebut melancarkan 'perang zona abu-abu' yang dirancang untuk melemahkan Angkatan Udara pulau tersebut, sekaligus menguji kemampuannya.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pesawat itu terbang sangat dekat ke Dongyin, bagian dari Kepulauan Matsu di lepas pantai provinsi Fujian China, pada 5 Februari.
Setelah sebelumnya tidak mengidentifikasi pesawat tersebut, pihak kementerian mengatakan mereka telah mengkonfirmasi itu adalah pesawat sipil Y-12 China, sebuah pesawat ringan bermesin ganda.
"Mengenai insiden Dongyin, tentu saja kami telah membuat penilaian awal, dan kami tidak dapat mengenyampingkan bahwa mereka menggunakan pesawat sipil untuk menguji respons militer kami," ujar juru bicara kementerian Shih Shun-wen kepada wartawan, melansir Reuters 15 Februari.
"Militer pasti akan mengambil tindakan yang sesuai, tetapi akan mengambil berbagai tindakan darurat tanpa ada insiden kecil yang memicu perang," tegas Shun-wen.
Lebih lanjut, kementerian mengatakan pesawat itu memasuki "zona reaksi pertahanan" tetapi tidak memasuki wilayahnya di Matsu, yang didefinisikan Taiwan sebagai perairan dan ruang udara yang membentang enam km dari garis pantai. China tidak secara resmi mengakui klaim kedaulatan apa pun oleh Taiwan.
Shih Shun-wen menolak untuk memberikan rincian tentang bagaimana pasukan Taiwan bereaksi terhadap insiden itu, dengan alasan kerahasiaan militer. Sementara, Kementerian Pertahanan China tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sementara itu, media Taiwan telah membawa rekaman pesawat yang terbang tepat di sebelah Dongyin, dan mengatakan penduduk dapat melihat dan mendengarnya dengan jelas.
Baca juga:
- Pejabat Militer Sebut Rusia Siap Menembak Kapal Selam dan Kapal Asing yang Mengganggu
- Khawatirkan Keselamatan Staf, Amerika Serikat Pindahkan Operasional Kedutaan Besar dari Kyiv ke Lviv
- Bicara dengan Rusia dan Ukraina, Sekjen PBB: Jangan Menggagalkan Tujuan Perdamaian
- Media Barat Sebut 16 Februari Kemungkinan Hari Invasi, Presiden Zelenskiy: Kami akan Menjadikannya Hari Persatuan
Untuk diketahui, Kepulauan Matsu telah dikendalikan oleh Taiwan sejak Pemerintah Republik China melarikan diri ke Taipei pada tahun 1949, setelah kalah perang saudara dengan Komunis.
Pulau-pulau Matsu tidak dijaga ketat seperti sampai akhir 1970-an, ketika China sering menembaki mereka, tetapi Taiwan masih mempertahankan pasukan militer di sana.
Taiwan juga menguasai pulau Kinmen yang jauh lebih besar dan beberapa pulau kecil di dekat pantai Fujian di seberang kota Xiamen China, dan Kepulauan Pratas di ujung utara Laut China Selatan.
Dalam kesempatan yang sama, Shun-wen membantah laporan media Taiwan, yang menyebutkan pesawat militer China pekan lalu memasuki wilayah udara Pratas. Dikatakannya, China mungkin mencoba "menciptakan kekacauan" dengan menyebarkan informasi palsu secara online.