Telegram Tutup 64 Saluran di Jerman Terkait  Konspirasi Pandemi COVID-19

JAKARTA - Layanan Messenger Telegram, yang terbukti populer di kalangan kelompok sayap kanan dan orang-orang yang menentang pembatasan terkait COVID-19, telah memblokir 64 salurannya di Jerman. Pemblokiran ini dilaporkan oleh, Sueddeutsche Zeitung pada Jumat, 11 Februari tanpa memberikan sumber informasinya.

Langkah itu dilakukan setelah Kantor Polisi Kriminal Federal Jerman yang sebelumnya sudah mengirim permintaan penutupan ke layanan pengiriman pesan, kata surat kabar itu.

Telegram telah dipersalahkan di Jerman karena memicu subkultur teori konspirasi anti-vaksin yang semakin ganas yang bertukar berita tentang bahaya yang diduga dan mengatur protes yang telah meluas menjadi kekerasan.

Surat kabar itu juga mengatakan saluran yang terpengaruh termasuk saluran Attila Hildmann, seorang selebritas dan koki vegan yang menyebarkan teori konspirasi tentang virus corona ke lebih dari 100.000 pengikut di layanan pesan tersebut.

Kementerian Dalam Negeri Jerman, yang pekan lalu mengatakan telah mengadakan pembicaraan konstruktif dengan perwakilan Telegram, tidak segera memberikan komentar atas laporan tersebut. Telegram juga tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters atau media lain.

Aplikasi Telegram kini menjadi semakin populer di kalangan aktivis dan pengunjuk rasa, terutama karena platform seperti Facebook menjadi lebih responsif terhadap tekanan pemerintah untuk menindak mereka yang menyebarkan kebohongan, ancaman, atau teori konspirasi.

Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, mengatakan dalam sambutannya yang diterbitkan bulan lalu bahwa Jerman dapat menutup Telegram dan sedang berdiskusi dengan mitranya di Uni Eropa bagaimana mengatur layanan messenger.