Fenomena Apartemen Berhantu Marak di Masa Pandemi COVID-19: Kosong dan Harga Turun
JAKARTA - Jakarta menjadi kota dengan gedung apartemen yang tergolong banyak,terutama di beberapa kawasan strategis yang berdekatan dengan perkantoran.Umumnya para penyewa hunian vertikal tersebut adalah para pekerja dari luar kota ataupun para ekspatriat.
Namun,akibat imbas pandemi COVID-19 yang berjalan hampir dua tahun, menyebabkan penyewa apartemen nyaris tidak ada. Hal ini mengakibatkan terjadinya fenomena istilah 'apartemen hantu' alias apartemen minim penghuni di ibu kota.
Fenomena apartemen berhantu atau apartemen sewa yang banyak tak berpenghuni terjadi selama pandemi COVID-19. Direktur PT Jababeka Tbk Suteja S. Darmono mengatakan kondisi pasar apartemen saat ini memang butuh perhatian.
"Beredar kabar seliweran apartemen hantu kembali lagi. Ini sinergi mau kita perangi. Saya tekankan bahwa apartemen ini perlu perhatian," ujarnya dalam Diskusi Panel Rumah.com - Arah Pandang Pasar dan Tren Properti 2022, Kamis 10 Februari 2022.
Menurutnya, tren apartemen berhantu ini tidak akan hilang meski saat ini sedang mengalami pergeseran tren kepada rumah tapak
Sektor properti di masa pandemi COVID-19 terus mengalami koreksi, baik itu pertumbuhan unitnya hingga harga. Perusahaan properti, Knight Frank mengungkap harga properti rumah tinggal seperti kondominium hingga sewa apartemen terus terkoreksi. Ada 9.818 unit hunian seperti kondominium di central business district (CBD) belum terjual.
"Secara kumulasi akan bergabung dengan pasokan baru yang akan hadir di tahun ini dan 3 tahun ke depan," ungkap Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat dalam konferensi pers, Kamis 10 Februari 2022.
Riset Membuktikan Okupansi Turun
Berdasarkan riset dari Colliers Property, okupansi apartemen menurun hingga kuartal III kemarin, posisi okupansinya hanya di 51% atau di bawah rata-rata tahun lalu yang mencapai 60%.
Secara historis, rata-rata okupansi apartemen di Jakarta melalui survei Cushman & Wakefield ini berada pada tingkatan 45%. Ini sama saja lebih dari separuh gedung apartmen kosong tanpa penghuni. Tingkat okupansi serviced apartment saat ini merupakan yang terendah sepanjang lima tahun terakhir. Di sisi lain,serviced apartment juga mengalami penurunan tingkat hunian sepanjang Januari-September 2021, yakni ke level 51,7 persen. Hingga akhir tahun, serapan serviced apartment diprediksi masih akan minim karena kedatangan ekspatriat yang masih terbatas.
Dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat 11 Februari 2022, Senior Manager Codwell Banker Commercial, Angra Angreni mengatakan hal ini terjadi karena market sewa yang hilang dari pasar ekspatriat.
Sementara yang terjadi dari apartemen kepemilikan personal yang juga disewakan terjadi penurunan tingkat hunian. Selama ini 60%-70% pembeli apartemen strata title merupakan investor yang berharap dari income sewa khususnya dari segmen pekerja kantoran dan mahasiswa.
"Target sewa strata title ini hilang, atau sangat terbatas, juga bersaing dengan apartemen servis. Dikatakan hilang karena adanya work from home (WFH) mahasiswa juga secara daring. Sehingga tidak heran tingkat hunian apartemen strata title di Jakarta masih di bawah 60%,"
Adapun strategi pengembang untuk mengisi apartemen hantu ini dengan penguatan sosialisasi dan marketing. Selain itu pasar apartemen hantu ini diharapkan akan pulih seiring dengan membaiknya kondisi COVID-19.
Baca juga:
- #LayanganPutus Trending: Kisah Pilu Seorang Istri yang Diselingkuhi, Pesan Moral Apa yang Bisa Diambil?
- Refleksi Kasus Desa Wadas: Ada Eskalasi Konflik Sosial Berkaitan dengan Proyek Strategis Nasional Sepanjang 2020-2021
- Keberhasilan Penelitian Obat Covid-19 adalah Harapan Besar Dunia dalam Menghadapi Wabah Corona
- Cerita Marc Marquez dan Masalah Gangguan Pengelihatan yang Dideritanya