Sudah Menelan Banyak Korban, FBI Malah Punya Izin Gunakan Spyware Pegasus

JAKARTA - Usai diketahui menelan banyak korban, Federal Bureau of Investigation (FBI) malah memiliki izin untuk menggunakan spyware Pegasus NSO dan telah menguji kemampuan perangkat lunak tersebut.

Agensi  penegak hukum Amerika Serikat (AS) itu menegaskan bahwa perangkat lunak, yang mampu menginfeksi ponsel secara diam-diam dan mengakses kamera, mikrofon, kontak, teks, dan banyak lagi, tidak pernah digunakan untuk mendukung penyelidikan apa pun.

Namun, menurut laporan The Washington Post, terdapat desas-desus dalam FBI dan Departemen Kehakiman (DOJ) tentang bagaimana FBI akan menyebarkan spyware. Kabar itu muncul setelah The New York Times (NYTimes) merilis laporan besar-besaran pekan lalu, mencakup rincian tentang hubungan FBI dengan NSO, yang berbasis di Israel.

 FBI tidak hanya mencoba spyware pada ponsel menggunakan kartu SIM asing, tetapi juga melakukan diskusi tentang legalitas versi Pegasus yang dapat digunakan di Amerika Serikat (AS), disebut Phantom.

Tentu saja hal ini adalah kabar yang mengkhawatirkan, sebab NSO telah berulang kali mengklaim bahwa Pegasus tidak dapat digunakan pada nomor telepon dengan kode negara +1 dan hanya diizinkan untuk digunakan di negara-negara di luar AS.

Jika Phantom adalah versi Pegasus yang sama, maka perusahaan tersebut mengatakan hal yang sangat berbeda kepada publik dan lembaga penegak hukum.

 

NYTimes berpendapat, FBI memutuskan tidak akan menggunakan Pegasus untuk penggunaan internasional atau domestik. Diklaim, FBI hanya akan secara rutin mengidentifikasi, mengevaluasi, menguji solusi dan masalah teknis untuk berbagai alasan, termasuk kemungkinan masalah operasional dan keamanan yang mungkin mereka ajukan di tangan yang salah.

Melansir The Verge, Kamis, 3 Februari, laporan NYTimes layak dibaca, sejak awal musim panas lalu, NSO kerap menghadapi kesulitan. Perusahaan itu masuk daftar hitam oleh pemerintah AS. Peristiwa ini sangat membatasi bagaimana ia dapat melakukan bisnis dengan perusahaan teknologi yang berbasis di AS.

Penyelidikan lebih lanjut juga mengaitkan spyware-nya dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, peretasan ponsel Departemen Luar Negeri AS dan pengawasan politik di Polandia. Sebab, diketahui Pegasus seharusnya hanya dijual ke lembaga pemerintah yang disetujui oleh pemerintah Israel.