Israel Kembali Gusur Rumah Warga Palestina di Wilayah Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur
JAKARTA - Polisi Israel menghancurkan rumah sebuah keluarga Palestina di lingkungan sensitif Sheikh Jarrah, Yerusalem timur Rabu pagi, menurut seorang fotografer AFP.
Sebelum fajar, petugas Israel pergi ke rumah keluarga Salhiya, diancam akan digusur sejak 2017 dan menjadi pusat kampanye anti pengusiran di Wilayah Palestina dan luar negeri, menurut sebuah video yang diunggah ke dunia maya oleh polisi. Tak lama kemudian seorang fotografer AFP menyaksikan pembongkaran rumah tersebut.
"Polisi Israel menyelesaikan eksekusi perintah penggusuran bangunan ilegal, yang dibangun di lahan yang diperuntukkan bagi sekolah anak-anak berkebutuhan khusus dari Yerusalem timur," kata pernyataan polisi, mengutip France24 dari AFP 19 Januari.
Petugas menekankan, "anggota keluarga yang tinggal di bangunan ilegal diberi kesempatan yang tak terhitung jumlahnya untuk menyerahkan tanah dengan persetujuan."
Seorang juru bicara polisi mengatakan kepada AFP, sebanyak 18 anggota keluarga dan pendukung ditangkap selama operasi karena "melanggar perintah pengadilan, benteng kekerasan dan mengganggu ketertiban umum," tetapi tidak ada bentrokan terjadi selama insiden itu.
Keluarga Salhiya telah menghadapi ancaman pengusiran dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur yang dicaplok Israel sejak 2017, ketika tanah tempat rumah mereka dialokasikan untuk pembangunan sekolah.
Sebelumnya, ketika polisi datang untuk melaksanakan perintah penggusuran pada Hari Senin, anggota keluarga Salhiya naik ke atap gedung dengan tabung gas, mengancam akan membakar rumah dan diri mereka sendiri jika mereka dipaksa keluar.
"Saya akan membakar rumah dan segala isinya, saya tidak akan pergi dari sini, dari sini ke kuburan, karena tidak ada kehidupan, tidak ada martabat," ujar Mahmoud Salhiya seperti mengutip Reuters 18 Januari.
"Saya telah berperang dengan mereka selama 25 tahun, mereka mengirimi saya pemukim yang menawarkan untuk membeli rumah dan saya tidak setuju," lanjutnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Yerusalem Fleur Hassan-Nahoum mengatakan Hari Selasa, plot yang diklaim keluarga Salhiya sebagai milik mereka adalah milik pribadi pemilik Palestina yang kemudian menjualnya ke kota, yang mengalokasikannya untuk ruang kelas bagi anak-anak Palestina berkebutuhan khusus.
Baca juga:
- BNPB Bantah Klaim Kunjungan ke Israel, Sebut Tidak Menerima Bantuan Selama Pandemi
- PM Malaysia Siap Bantu Gadis Keturunan Indonesia Dapat Status Kewarganegaraan, Ini Kata Kementerian Luar Negeri
- Kritik Pelecehan Nabi Muhammad, PM Pakistan Sampaikan Apresiasi Kepada Presiden Vladimir Putin
- Tegaskan China Tidak akan Menindas Tetangganya di Laut China Selatan, Menlu Wang Yi: Klaim Sepihak Tidak Tepat
Untuk diketahui, penggusuran juga membayangi keluarga-keluarga lain dari Shiekh Jarrah, yang pada Bulan Mei memicu perang 11 hari antara Israel dan faksi-faksi bersenjata Palestina di Gaza.
Israel merebut Yerusalem timur dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mencaploknya, dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional.
Lebih dari 200.000 pemukim Yahudi telah pindah ke daerah tersebut, memicu ketegangan dengan warga Palestina, yang mengklaim Yerusalem timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.