Ledakan Kasus Omicron Diprediksi Februari, Komisi IX DPR Ingatkan Jangan Abai Prokes

JAKARTA - Puncak gelombang COVID-19 akibat Omicron diperkirakan akan terjadi pada awal Februari. Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengingatkan semua pihak untuk tidak mengabaikan protokol kesehatan ketat sebagai antisipasi penularan varian tersebut.

"Saya kira apa yang disampaikan terkait potensi Februari ada puncak Omicron kan tidak boleh kita abaikan, harus kita serius dan persiapkan dengan baik agar kasus itu tidak terjadi," ujar Rahmad kepada VOI, Rabu, 12 Januari.

Namun, lanjut Rahmad, Indonesia harus juga berkaca dari negara lain di mana dalam dua minggu proses penularan varian Omicron secara global begitu cepat sekali.

"Sedangkan di Indonesia juga sudah terjadi transmisi lokal yang itu justru semakin sulit untuk kita deteksi dan kendalikan kalau kita abai prokes dan tidak menganggap Omicron sesuatu yang serius," katanya.

Agar tidak terjadi ledakan kasus seperti varian Delta pertengahan tahun lalu, politikus PDIP itu menilai pemerintah harus menggencarkan komunikasi, edukasi dan informasi kepada masyarakat bahwa Omicron nyata secara global.

"Kita juga berkaca pada negara mayoritas Omicron seperti AS India dll agar kita lebih hati-hati. Prokes tidak boleh kita tawar agar efektif," kata Rahmad.

Meskipun Omicron menulari warga yang sudah divaksin, tambah Rahmad, tetap harus menyukseskan program vaksinasi. Khususnya yang belum vaksin tahap satu. 

"Juga harus kita dorong vaksin kedua juga termasuk penyuntikan booster untuk dipercepat khususnya lansia," katanya.

Menurut Rahmad, Komisi IX DPR sudah mendorong pemerintah untuk mempersiapkan hal buruk jika kasus Omicron meledak. Salah satunya adalah dengan menyiapkan obat-obatan dan oksigen. Meski sudah dilakukan namun perlu diingat negara manapun tidak akan sanggup menyiapkan fasilitas kesehatan di saat warganya bersamaan sakit.

"Berkaca negara lain juga saat Omicron meledak RS juga penuh, bukan berarti OTG itu fisiknya kuat tapi ketika menulari saudara kita yang lansia kemudian menulari kita yang komorbid kita harus waspada. Karena itu kita camkan ini. Meskipun kita siapkan tapi warga sama-sama sakit serempak, meledak, sulit kita siapkan faskes," jelasnya.

"Untuk itu harga mati tidak boleh ditawar karena Omicron sudah dominasi apalagi banyak OTG, yaitu jangan mengacu pada data saja. Kita patut waspada kemungkinan Omicron sudah banyak menyebar dan banyak OTG. Tapi Jangan panik, kita tetap kita waspada," kata Rahmad.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan seluruh pihak diminta untuk tetap waspada, namun tidak perlu panik. Hal ini lantaran lonjakan kasus akibat Omicron yang masuk rumah sakit akan jauh lebih rendah daripada Delta.

"Kita tetap waspada dan hati-hati, kita harus siaga. Namun tidak perlu panik, karena kasus yang masuk RS akan jauh lebih rendah dibandingkan dengan kasus sebelumnya pada saat gelombang Delta," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers daring, Selasa, 11 Januari, malam.