Tatkala Peterpan Pecahkan Rekor MURI

JAKARTA - Puncak pencapaian sebuah band di belantika musik Indonesia beragam. Peterpan, misalnya. Sederet penghargaan telah didapatkan oleh Ariel (vocal), Andika (keyboard), Uki (gitar), Lukman (gitar), Indra (bass), dan Reza (drum). Dari AMI Awards hingga rekor penjualan album. Peterpan belum puas. Mereka ingin lebih. Konser maraton di enam kota selama satu hari jadi ajiannya. Persiapannya matang. Pun dukungan terus mengalir dari berbagai pihak. Karenanya, Peterpan dapat memecahkan rekor MURI.

Musik telah menjadi pilihan Ariel, Uki, Reza, Andika, Lukman, dan Indra sejak di bangku sekolahan. Masing-masing punya momentum tersendiri dalam mencintai dunia musik. Ariel dan Uki misalnya, keduanya menyukai musik karena belajar dari kakaknya. Namun, perjuangan mencari makan lewat jalur bermusik tidaklah mudah. Cemoohan pesimis dari sana-sini bergaung. Apalagi, jalur musik dianggap tak menjanjikan masa depan yang pasti. Lagi pula, orang tua segenap personil Peterpan tiada yang mendukung. Bagi para orang tua, dunia musik tidak semenakjubkan pekerja kantoran.

Mereka pun mendobraknya. Bermusik tetap menjadi prioritas utama. Sekalipun dimainkan secara diam-diam. Mereka saban hari bermain musik dengan segala keterbatasan. Justru itu yang mampu merangsang naluri kreatif tiap personil. Lagu-lagu yang didominasi kisah cinta tercipta. Kesempatan pun muncul. Musica Studio’s jadi juru selamat.

Kebetulan mereka tengah mencari band baru untuk sebuah album kompilasi. Kebetulan salah satu band yang dijadwalkan mengisi ruang di album kompilasi mengundur diri.  Peterpan tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Mereka mengirimkan demo berisi tiga lagu terbaik: Sahabat, Taman Langit, dan Mimpi yang Sempurna.

“Mulanya, sambil lalu mereka menerima tawaran Noey (pemain bass band Java Jive) untuk mengisi album kompilasi dari penyanyi yang sedang digarap Noey. Sekedar memanfaatkan peluang, mereka pun mengutak-atik tembang Mimpi yang Sempurna. Siapa sangka kalau impian mereka benar-benar jadi sempurna, karena lagu tersebut terpilih menjadi andalan yang berhak dibuatkan klip videonya,” tulis Ippho Santosa dalam buku Hot Marketing (2013).

Peterpan (Foto: Wikimedia Commons)

Usaha itu terbilang sukses. Musica Studio’s menyukai dan memilih lagu Mimpi yang Sempurna untuk muncul dalam album kompilasi bertajuk Kisah 2002 Malam (2002). Lagu Mimpi yang Sempurna pun meledak. Angka penjualan album itu mencapai 150.000 kopi. Kesuksesan itu membuat Peterpan mendapatkan kesempatan untuk membuat albumnya sendiri.

Peterpan di bawah Musica Studio’s lalu meluncurkan album Taman Langit (2003). Album dengan materi lagu andalan Topeng, Semua Tentang Kita, Yang Terdalam, hingga Sahabat sukses di pasaran. Kesuksesan itu tergolong fenomenal karena promosi album itu termasuk biasa-biasa saja. Tapi kesuksesan lagu Mimpi yang Sempurna membuat kepopuleran bagi Peterpan bukanlah hal mustahil.

Album itu meraih ragam penghargaan yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh personil Peterpan lainnya. Mereka meraih penghargaan Multi Platinum Award dan SCTV Award sebagai Album pendatang Baru Ngetop pada tahun 2003. Perlahan-lahan, orang tua seluruh personil Peterpan mulai menerima karier anaknya sebagai pemusik. Mereka pun ikut bangga dengan pencapaian Peterpan.

“Memasuki 2003, Dewi Fortuna berpihak kepada Ariel dan kawan-kawan. Album Taman Langit meledak di pasaran. Lagu-lagunya diputar di berbagai radio di Tanah Air. Televisi berebutan untuk mengundang kehadiran Peterpan. Media cetak juga mulai menjadikan mitos seraya menembakkannya ke benak khalayak tanpa ampun.”

“Masyarakat tersentak. Mereka menyambut mitos baru itu dengan antusias. Nama Ariel diperhitungkan. Wajah tampan, sikap dingin dan agak pemalu, suara yang khas, lirik-lirik yang menikam, dan melodi-melodi yang menghiujam, menjadi paduan sempurna untuk sama-sama mentasbihkan Ariel ‘Peterpan’ sebagai ikon baru industri budaya populer,” tutup Syaiful Halim dalam buku Postkomodifikasi Media & Cultural Studies (2021).

Rekor MURI

Belum surut popularitas album pertama, Peterpan sudah diminta untuk menggarap album kedua, Bintang di Surga (2004). Album itu jadi ajian Peterpan merebut kembali hati penikmat musik Indonesia. Karena itu, persiapan promosi album tak dapat dilakukan secara sembarang. Harus spektakuler.

Peterpan kemudian mencoba melakukan gebrakan promosi yang berbeda dari biasanya pada 2004. Bahkan, belum pernah dilakukan oleh musisi lainnya di Indonesia. Ide membuat rekor Museum Rekor Dunia - Indonesia (MURI) dengan melakukan konser maraton di enam kota selama 24 jam tercetus. Yang mana, konser tersebut jadi sebuah tantangan besar. terutama karena dapat melakukan konser di enam kota dalam waktu sehari. Konser itu bertajuk "LA Lights Peterpan 24 Jam Breaking Record."

Kota yang dipilih sebagai tempat konser antara lain Medan, Padang, Pekanbaru, Bandar Lampung, Semarang, dan Surabaya. Demi mendukung upaya pemecahan rekor, label rekaman Peterpan Musica Studio’s dengan sigap menyiapkan semuanya. Dari dokter, ahli gizi, rumah, hingga instruktur olahraga. Sebab, seluruh personil Peterpan harus di karantina selama dua minggu di mes Musica Studio’s di Kawasan Perdatam, Pancoran, Jakarta Selatan, untuk mendapatkan fisik yang prima.

Peterpan (Foto: Wikimedia Commons)

“Selama dua minggu kita tinggal di mess di bumi sarinah di pancoran. Kita ada dari tim dokter juga. Kita dikasih makanan bergizi, vitamin semua, di kasih olahraga kayak senam aerobic, fitness, dan kita dilarang kayak makan sembarangan, terus begadang.”

“Kita itu dilarang semua dari tim dokternya sendiri selama dua minggu. Sebenarnya bete juga si. Jadi kita gak bisa bebas, kita dilarang gak boleh kayak gini, kayak gini, tidur jangan jam segini harus sudah istirahat. Mungkin ini demi tercapai breaking the record itu,” ungkap pria bernama lengkap Hendra Suhendra (Indra Peterpan) dalam video yang bertajuk Peterpan Breaking Record.

Senin 19 Juli 2004 jadi hari bersejarah buat Peterpan. Mereka memulai gelaran konser di enam kota. sedari dini hari pukul 02:00 mereka berangkat dengan pesawat sewaan milik Beech Aircraft dari Bandara Halim Perdanakusuma. Kota pertama yang dikunjungi oleh Peterpan adalah Medan. Peterpan yang sampai di Bandara Polonia pukul 06:00, langsung memulai aksinya dihadapan ribuan penonton setia.

Aksi itu dilanjutkan ke Padang (09:30), Pekanbaru pukul (12:45), Bandar Lampung (15:30), Semarang (19:00), dan ditutup di Surabaya (21:30). Band asal Bandung akhirnya berhasil menggelar konser di enam kota dalam sehari. Peterpan pun mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai band pertama yang mampu menggelar konser di enam kota selama satu hari.

“Setelah tampil sekitar 40 menit, kami dilarikan ke Bandara Polonia, dan langsung take-off ke Padang. Di sini jumlah penonton hampir tiga kali lipat daripada di Medan. Pekanbaru menjadi kota berikutnya sebelum mengakhiri petualangan di Pulau Sumatera di kota Lampung. Bila di tiga kota sebelumnya kami rata-rata membawakan enam lagu, yang diambil dari album Taman Langit, di Lampung kami memberikan tambahan satu lagu bonus yang diambil dari allbum Bintang di Surga.”

“Pasalnya, jumlah penonton mencapai 7.000 orang. Kami sampai di kota Semarang dan Surabaya pada malam hari. Di kota terakhir, Peterpan mendapatkan plakat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) atas keberhasilan aksi ini. Bila normalnya menjalani konser enam kota itu membutuhkan waktu berhari-hari, Peterpan melakukannya dalam 24 jam. Itulah yang mendorong Muri untuk memberikan penghargaan tersebut,” tutup Ariel, Uki, Reza, Lukman dan David dalam buku Kisah Lainnya: Catatan 2010-2011 (2012).

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.

BERNAS Lainnya