Presiden Putin Telepon Presiden Erdogan, Kremlin: Bahas Isu Global hingga Krisis Suriah dan Libya
JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin menelepon koleganya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, menegaskan kembali tekad kedua pemimpin untuk meningkatkan kemitraan kedua negara, serta permasalahan globa, menurut layanan pers Kremlin.
"Presiden Vladimir Putin dan Presiden Recep Tayyip Erdogan saling mengucapkan selamat Tahun Baru, meninjau kerja sama bilateral dan menegaskan kembali tekad mereka untuk terus meningkatkan kemitraan yang saling menguntungkan antara Rusia dan Turki," sebut Kremlin dikutip dari TASS 3 Januari.
"Para pihak juga menyentuh isu-isu global, termasuk proposal baru-baru ini tentang pengembangan perjanjian yang mengikat secara hukum yang akan menjamin keamanan Rusia, situasi di Kaukasus Selatan dan upaya untuk menyelesaikan krisis Suriah dan Libya," lanjut pernyataan itu.
Kremlin menggaris bawahi, Presiden Putin dan Presiden Erdogan setuju untuk mempertahankan kontak, kata layanan pers Kremlin.
Melansir Daily Sabah, Turki dan Rusia telah menjalin kerja sama yang erat di bidang energi, pariwisata dan pertahanan terlepas dari persaingan di Suriah serta dalam konflik di Libya dan Nagorno-Karabakh, di mana kedua kekuatan regional itu juga berada di pihak yang berlawanan.
Diketahui, Turki sebagai anggota NATO membeli baterai pertahanan rudal S-400 Rusia pada 2019, memicu sanksi Amerika Serikat terhadap industri pertahanannya dan peringatan dari Washington, tentang tindakan lebih lanjut jika membeli lebih banyak peralatan Rusia.
Baca juga:
- Tutup Tahun, Hong Kong Resmi Larang Penjualan Produk Berbahan Baku Gading Gajah
- Diduga Rekam Karyawan Wanita Asing Saat Mandi, Pemilik Pabrik Diperiksa Polisi
- Gagal Pulihkan Pemerintahan Sipil, Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok Pilih Mengundurkan Diri
- Empat Partai Politik Sepakat Bangun Koalisi, Kabinet Baru Belanda Catat Rekor Jumlah Wanita dalam Pemerintahan
Sementara, Turki, bersama dengan anggota NATO lainnya, mengkritik pencaplokan Krimea oleh Moskow pada tahun 2014 dan menyuarakan dukungan untuk integritas wilayah Ukraina saat pasukan Kyiv memerangi separatis pro-Rusia di Ukraina timur.