Selain Konglomerat Agus Lasmono Sudwikatmono, Siapa Lagi yang Ada di Belakang IPO NET TV?

JAKARTA - Para konglomerat pemilik Indika Energy tengah bersiap membawa salah satu entitas usahanya yakni NET TV untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melakukan initial public offering (IPO). PT Net Visi Media Tbk, induk usaha pengelola stasiun televisi NET TV bakal listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 25 Januari 2022 dan akan menggunakan kode emiten NETV.

NET TV hadir di layar kaca setelah pemilik Indika mengakuisisi 100 persen saham kepemilikan dari PT Televisi Anak Spacetoon pada 2013. Siaran Spacetoon di jaringan terrestrial pun berganti nama menjadi PT Net Mediatama Televisi atau NET TV.

Ultimate shareholders NET TV adalah Agus Lasmono Sudwikatmono yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama PT Indika Energy Tbk (INDY). Agus Lasmono, merupakan pemilik PT Indika Inti Investindo, perusahaan yang tercatat sebagai pengendali INDY dengan kepemilikan 37,79 persen per 30 November 2021.

Jika melihat nama belakang dari Agus Lasmono, beliau adalah putra konglomerat tenar di zaman Orde Baru, Sudwikatmono. Secara tidak langsung, bungsu dari empat bersaudara ini adalah pemilik 65,12 persen saham PT Sinergi Lintas Media, perusahaan yang menjadi pengendali NET TV.

Sebanyak 9,88 persen saham PT Sinergi Lintas Media lagi dikempit PT Media Buana Sejahtera. Sisanya, yakni 25 persen dikuasai PT Teladan Investama. Ini adalah perusahaan milik keluarga konglomerat Wiwoho Basuki Tjokronegoro.

Lewat PT Teladan Resources, Wiwoho Basuki Tjokronegoro merupakan pemegang 30,65 persen saham INDY. Anak Wiwoho Basuki Tjokronegoro, yakni Indracahya Basuki kini menjabat sebagai Komisaris di Indika Energy.

Sementara menantunya, Wishnu Wardhana sebelumnya sempat didapuk sebagai Presiden Direktur INDY dan Komisaris di PT Kideco Jaya Agung dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Kini, Wishnu Wardhana mengemban jabatan Presiden Direktur di PT Teladan Resources.

Adapun IPO NET TV bukan hanya upaya konglomerat pemilik INDY untuk mengumpulkan dana dari investor, tapi juga jalan untuk mengkonversi utang jumbo menjadi saham. Jumlah saham yang ditawarkan ke investor publik hanya 765.306.100 saham, setara 4,37 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam NET TV setelah IPO.

Merujuk prospektus awal IPO, kisaran harga penawarannya di Rp190 - Rp196 per saham. Alhasil maksimal dana investor yang bisa diraup sekitar Rp150 miliar.

Bersamaan dengan IPO, NET TV menerbitkan 5.935.988.956 saham baru dalam rangka konversi utang menjadi saham, atau total sebanyak 25,31 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dan pelaksanaan konversi.

Pertama, seluruh tagihan yang dimiliki oleh PT Indika Inti Holdiko dikonversi menjadi 1.803.335.894 saham. Berdasarkan perjanjian pinjaman pemegang saham, NETV memperoleh pinjaman pokok dari Indika Inti Holdiko sekitar Rp353,45 miliar. Harga konversinya adalah Rp196 per saham.

Kedua, Mandatory Convertible Bonds (MCB) yang telah diterbitkan NETV kepada PT Semangat Bambu Runcing dan PT First Global Utama, masing-masing sebesar 2.066.326.531 saham.

Nilai utang perseroan, baik kepada PT Semangat Bambu Runcing maupun PT First Global Utama yang dikonversi menjadi saham NETV, masing-masing sebesar Rp 405 miliar, atau saat dikonversi menggunakan patokan Rp196 per saham.

PT Semangat Bambu Runcing merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan Tokopedia. Awalnya, NET TV meneken MCB Subscription Agreement dengan PT Tokopedia pada 15 November 2017. Setahun berselang, tepatnya 13 Agustus 2018, Tokopedia mengalihkan seluruh utang itu ke PT Semangat Bambu Runcing.

Di luar itu, NET TV juga akan menggelar Program Opsi Kepemilikan Saham kepada Manajemen dan Karyawan (Management and Employee Stock Option Plan/MESOP). Jumlahnya maksimal 703.595.300 saham, setara 2,91 persen dari modal disetor dan ditempatkan penuh NET TV setelah IPO, pelaksanaan konversi dan MESOP.

Rencananya, 53 persen dari dana IPO akan digunakan untuk setoran modal kepada PT Net Mediatama Televisi untuk membayar sebagian pinjaman dan pembuatan dan pembelian program.

Pinjaman yang pokoknya yang dibayar sebagian adalah kepada PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebesar Rp35,70 miliar. Per 1 November 2021, saldo pokok pinjamannya mencapai sekitar Rp928,62 miliar.

NET TV juga akan menggunakan dana IPO sekitar Rp9,30 miliar untuk membayar sebagian utangnya ke PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. Per 1 November 2021 saldo pokok pinjamannya mencapai sebesar Rp241,76 miliar.

Lalu, sekitar 18,5 persen dari dana IPO akan digunakan dalam industri manajemen artis seperti biaya pengembangan keahlian dan keterampilan artis serta biaya operasional. Sisanya, sekitar 28,5 persen akan digunakan untuk setoran modal kepada PT Net Media Digital sebagai anak usaha perseroan untuk membayar fasilitas pinjaman serta pembuatan dan pembelian program.

Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah PT NH Korindo Sekuritas dan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.

Berikut perkiraan jadwal IPO NET TV:

Perkiraan Masa Penawaran Awal (Bookbuilding): 27 Desember 2021 - 3 Januari 2022

Perkiraan Tanggal Efektif: 14 Januari 2022

Perkiraan Masa Penawaran: 18 Januari 2022 - 21 Januari 2022

Perkiraan Tanggal Penjatahan: 21 Januari 2022

Perkiraan Tanggal Distribusi: 24 Januari 2022

Perkiraan Tanggal Pencatatan Pada Bursa Efek Indonesia: 25 Januari 2022