Didik Rachbini: Targetkan Ekonomi Tumbuh 5,5 Persen Tahun Depan Itu Berat!

JAKARTA - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik Rachbini menekankan bahwa upaya pemerintah dari sisi kesehatan dalam hal ini dalam mengendalikan kasus COVID-19, menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021.

"Ini sebenarnya tidak layak untuk merencanakan suatu pertumbuhan 5 sampai 5,5 persen tahun depan dalam keadaan COVID-19 masih seperti ini," kata Didik dikutip dari Antara, Rabu 19 Agustus.

Didik menyatakan hal tersebut harus dilakukan karena pemerintah menargetkan pertumbuhan yang cukup tinggi untuk perekonomian Indonesia pada tahun depan yaitu sekitar 4,5 persen sampai 5,5 persen.

Di sisi lain, Didik mengatakan kasus COVID-19 di Indonesia masih tergolong tinggi bahkan semakin bertambah setiap harinya seiring dengan dilakukannya tes secara masif.

Tak hanya itu, perekonomian Indonesia yang baru pada kuartal II 2020 telah terkontraksi hingga 5,32 persen juga menjadi tantangan tersendiri dalam mencapai target pertumbuhan tahun depan.

"Saya menganggap selain tadi melakukan (target) angka 5 sampai 5,5 persen itu main-main, kebijakan pada pandemi juga main-main. Jadi, menurut saya, ini berat," ujarnya.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Masyita Crystallin menuturkan sebenarnya telah ada pembalikan terhadap indikator perekonomian yakni salah satunya adalah PMI.

"Salah satu indikator PMI mulai terjadi pembalikan arah. April hingga bulan ini masih masuk kontraksi tetapi mulai pembalikan," katanya.

Masyita menjelaskan pemerintah juga telah berupaya menyiapkan aspek-aspek dalam mendorong pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun depan yakni melalui penyusunan RAPBN 2021.

"Kebijakan fiskal 2021 intinya tiga yaitu stabilitas makro ekonomi, redistribusi income, dan alokasi sumber daya," ujarnya.

Selain itu, menurut Masyita adanya harapan vaksin COVID-19 yang akan ditemukan dan dapat disebarluaskan turut menjadi faktor pendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi 2021.

"Kita berharap tahun depan ada berita baik penemuan vaksin. Tetapi sebagai pemerintah harus membuat berbagai skenario tengah dan buruk seandainya vaksin belum ditemukan," tegasnya.