Peneliti UEA Temukan Masker Wajah dengan Aliran Listrik yang Mampu Membunuh Virus
JAKARTA - Para ilmuwan di UEA telah menemukan masker wajah listrik yang mereka katakan mampu membunuh virus. Perangkat ini memiliki dua elektroda yang mampu mematikan beragam jenis virus yang masuk di kedua sisinya, baik menghancurkan virus sepenuhnya maupun sekadar melemahkan kemampuannya.
Tim Universitas UEA yang dipimpin oleh Dr. Mahmoud Al Ahmad, telah mematenkan ide tersebut dan tengah menanti investor untuk memproduksi masker temuan mereka dalam skala besar.
Dr. Al Ahmad mengatakan, dengan investasi, masker harus dibuat dalam jumlah besar dan dijual murah.
Pada tahap ini, masker terlihat seperti strip listrik yang dapat dipasang ke berbagai masker dasar, daripada perangkat 'pemurni udara' besar yang telah dirilis beberapa pengembang lain.
"Masker ini bisa berlapis-lapis," ungkap Dr Al Ahmad, seorang profesor teknik yang telah mengerjakan proyek penelitian COVID-19 sejak awal pandemi, melansir The National News 10 Desember.
"Satu lapisan akan memiliki elektroda dan akan ada jarak antara elektroda ini untuk memungkinkan bernafas. Setiap kali ada sesuatu yang datang, seperti virus, itu akan membakar. Seperti lampu yang membunuh nyamuk di rumah Anda. Itu akan membunuhnya," paparnya.
Lebih jauh diterangkannya, meski proyek itu menjanjikan dan masker terbukti bisa membunuh virus penyebab COViD-19, proyek itu tidak bisa berjalan tanpa investasi.
"Kita bisa membuat elektroda menggunakan logam fleksibel, sehingga akan murah dengan volume tinggi. Tapi butuh dana," tandasnya.
"Elektroda akan ditenagai oleh baterai koin kecil, sehingga tidak ada risiko sengatan listrik bagi pemakainya. Mereka bahkan tidak akan menyadari virus yang disengat karena sangat kecil," terangnya mengenai listrik yang ada di masker tersebut.
Dikatakannya, teknologi ini dapat digunakan pada pakaian apa saja, tidak hanya masker, dan pengaturannya dapat disesuaikan untuk menargetkan berbagai jenis virus.
"Meskipun konsepnya akan membutuhkan lebih banyak pengembangan sebelum diterapkan pada alat pelindung diri, ini adalah awal yang sangat baik ke arah ini," tandasnya.
Pada Bulan Oktober, para peneliti di Universitas Khalifa mengungkapkan mereka sedang mengerjakan masker yang akan menyaring virus tertentu, seperti COVID-19 dan flu, menggunakan nanoteknologi yang dapat memperlambat atau menghentikan penyebaran mikroorganisme.
Penelitian telah menunjukkan masker membantu mencegah penyebaran virus di udara, seperti virus corona.
Baca juga:
- Tuduh Ukraina Memobilisasi Artileri, Rusia: Negosiasi Penyelesaian Damai Menemui Jalan Buntu
- Ungkap Ada Staf CIA Bekerja di Pemerintahan Rusia pada 1990-an, Presiden Putin: Saya Membersihkan Semuanya
- Tegas Peringatkan Rusia untuk Tidak Menginvasi Ukraina, Menteri Pertahanan Inggris: Saya Tidak Ingin Melihat Perang
- Tentang Rezim Militer, Penduduk Myanmar Lancarkan Pemogokan Serentak dan 'Kampanye Hitam' Hari Ini
Terpisah, sebuah studi baru-baru ini menemukan masker wajah mengurangi jumlah kasus virus corona sebesar 53 persen, meskipun banyak ahli mengatakan penelitian itu cacat karena sebagian besar bersifat observasional.
Mereka mengatakan, orang yang memakai masker cenderung lebih berhati-hati, secara umum, sehingga mereka secara alami akan dikaitkan dengan jumlah kasus Covid yang lebih rendah.
Para ahli mengatakan jumlah sebenarnya mungkin lebih seperti pengurangan 10 persen hingga 20 persen dalam jumlah kasus COVID-19. Itu dikonfirmasi oleh bukti kehidupan nyata dalam sebuah penelitian di Bangladesh yang melibatkan hampir 350.000 orang.
Hasilnya menunjukkan masker mengurangi infeksi simtomatik sekitar 11 persen, menurut uji coba terkontrol acak “standar emas”. Efek perlindungannya bahkan lebih baik untuk orang di atas 60 tahun, hampir 35 persen.