Inggris Catat 568 Kasus Varian Omicron, PM Boris Johson Berlakukan 'Rencana B' dan Terapkan Kebijakan WFH
JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberlakukan pembatasan COVID-19 yang lebih ketat di Inggris pada Hari Rabu, memerintahkan orang untuk bekerja dari rumah (WFH), memakai masker di tempat umum dan menggunakan sertifikat vaksin untuk memperlambat penyebaran varian Omicron virus corona.
PM Johnson mengatakan, varian Omicron yang menyebar dengan cepat membuat dia tidak punya pilihan selain pindah ke 'Rencana B', sementara program penguat vaksin diluncurkan.
Meskipun masih jauh dari penguncian penuh yang diberlakukan sebelumnya dalam pandemi, langkah-langkah baru itu digambarkan sebagai 'pukulan palu' bagi restoran, kafe dan toko di pusat kota yang sangat membutuhkan perdagangan saat Natal untuk membangun kembali keuangan mereka.
Banyak anggota parlemen di partai Johnson sendiri juga marah dengan pembatasan baru, khawatir akan dampaknya setelah ekonomi menyusut sebesar 10 persen tahun lalu.
"Meskipun gambarannya mungkin menjadi lebih baik, dan saya sangat berharap itu akan terjadi, kita tahu bahwa logika pertumbuhan eksponensial tanpa belas kasihan dapat menyebabkan peningkatan besar dalam rawat inap dan oleh karena itu, sayangnya, dalam kematian," jelas PM Johnson dalam konferensi pers, mengutip Reuters 9 Desember.
Nilai tukar Poundsterling turun tajam, ketika berita pertama kali muncul pada Hari Rabu, bahwa langkah-langkah 'Rencana B' sudah dekat dan investor mengurangi 'taruhan' mereka pada kenaikan suku bunga Bank of England minggu depan.
PM Johnson, yang mencabut sebagian besar pembatasan COVID di Inggris pada Juli setelah peluncuran vaksin yang cepat, telah bersumpah untuk menavigasi musim dingin tanpa menggunakan penguncian COVID-19 keempat, tetapi telah mempertahankan apa yang disebut Rencana B sebagai cadangan.
Bagian dari langkah-langkah itu, seperti memperkenalkan kembali masker di transportasi umum dan di toko-toko, telah diterapkan, tetapi pada hari Rabu Johnson mengatakan orang-orang juga sekarang harus bekerja dari rumah.
Masker wajah akan diperlukan di tempat-tempat umum seperti teater dan bioskop, dengan izin COVID-19 akan diwajibkan untuk akses ke klub malam dan tempat-tempat dengan kerumunan besar.
Lebih jauh PM Johnson menegaskan, langkah-langkah baru diperlukan setelah 568 kasus Omicron ditemukan di negara itu, dengan data menunjukkan waktu penggandaan infeksi bisa antara dua dan tiga hari.Kendati demikian, PM Johnson mengatakan pembatasan COVID tidak dapat bertahan selamanya. Negara mungkin perlu melakukan 'percakapan' tentang apa yang harus dilakukan, ketika sebagian besar populasi menolak untuk mendapatkan vaksin.
Baca juga:
- Kremlin Sebut Presiden Setuju Pembicaraan Amerika Serikat dengan Rusia Tentang Ukraina Dilanjutkan
- Presiden Putin Minta Jaminan Keamanan dari Presiden Biden untuk Mengekang Ekspansi NATO di Perbatasan Rusia
- Gelar Pertemuan Virtual dengan Presiden Putin, Presiden Biden Peringatkan Soal Sanksi Jika Rusia Serang Ukraina
- Studi Inggris Sebut Mencampur Vaksin COVID-19 Pfizer atau AstraZeneca dengan Moderna Berikan Kekebalan Lebih Baik
Sementara itu, Menteri Kesehatan Sajid Javid mengatakan, para pejabat memperkirakan jumlah infeksi Omicron sebenarnya sekitar 20 kali lebih tinggi dari jumlah kasus yang dikonfirmasi, yang berarti mereka bisa mendekati 10.000.
Untuk diketahui, terpisah dari Inggris, pembatasana COVID-19 di Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara ditetapkan secara independen, dengan negara-negara tersebut telah menetapkan aturan yang lebih ketat.