Twitter Luncurkan Sistem Pelaporan Baru  Konten Berbahaya dari Pengguna, Caranya  Mirip Dokter Menganalisa Pasien

JAKARTA - Twitter Inc akan mulai merombak cara pengguna melaporkan tweet berbahaya dalam upaya untuk memudahkan orang menggambarkan apa yang salah dengan konten yang mereka lihat. Hal ini ditegaskan oleh salah satu sumber di situs jejaring sosial itu yang dikutip Reuters, Selasa, 7 Desember.

Langkah tersebut, yang akan dimulai dengan tes kecil pengguna Web Twitter di Amerika Serikat, muncul di tengah kritik luas bahwa perusahaan teknologi termasuk Twitter, Meta Platforms Inc  dan YouTube dari Alphabet Inc  hanya melakukan terlalu sedikit upaya untuk melindungi pengguna dari konten yang berbahaya atau kasar secara online.

Alih-alih mengharuskan pengguna untuk melaporkan bagaimana sebuah tweet melanggar aturan Twitter, yang menganggap mengetahui kebijakan perusahaan, pengguna akan ditanya apakah mereka merasa telah diserang dengan kebencian, dilecehkan atau diintimidasi dengan kekerasan, atau ditampilkan dalam konten yang terkait dengan melukai diri sendiri.

Pengguna juga akan diizinkan untuk menjelaskan dengan kata-kata mereka sendiri mengapa mereka menandai konten tersebut sebagai berbahaya atau menyerang mereka, kata Twitter.

Prosesnya mirip dengan seorang dokter bertanya kepada pasien tentang gejala yang mereka alami dan "di mana yang sakit?" daripada pertanyaan seperti "apakah kakimu patah?" kata sumber di Twitter.

"Pada saat-saat mendesak, orang perlu didengar dan merasa didukung," kata Brian Waismeyer, seorang ilmuwan data di tim pengalaman pengguna kesehatan Twitter, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.

Twitter menambahkan bahwa proses baru akan memungkinkan pihaknya untuk mengumpulkan lebih banyak informasi terperinci tentang tweet yang tidak secara eksplisit melanggar aturannya, tetapi pengguna mungkin tetap merasa bermasalah atau mengganggu, yang akan membantu perusahaan memperbarui kebijakannya di masa mendatang.

Ini adalah perubahan terbaru yang dilakukan Twitter untuk meningkatkan keamanan pengguna. Bulan lalu, perusahaan mengatakan akan mulai melarang berbagi "media pribadi" seperti foto dan video tanpa persetujuan orang tersebut.