Upaya Buana Finance Bangkit di Tengah Pandemi

JAKARTA - PT Buana Finance Tbk yakin bisnisnya masih dapat bangkit, meski pandemi COVID-19 belum usai. Corporate Secretary Buana Finance Ahmad Kaetami mengatakan, sejak pandemi ini terjadi, pembiayaan kendaraan memang mengalami penurunan.

Meski demikian, kata Ahmad, di waktu yang bersamaan, pembiayaan alat berat dan dana tunai mengalami pertumbuhan. Meski pihaknya mulai menyalurkan pembiayaan baru, namun Ahmad mengaku likuiditas perusahaan masih berada di level aman.

Oleh sebab itu, kata Ahmad, Buana Finance belum berencana untuk mengajukan restrukturisasi kepada perbankan. Bahkan Ahmad menyatakan, pihaknya masih menargetkan pertumbuhan pembiayaan tahun ini.

"Pembiayaan baru sampai akhir tahun, kami targetkan tumbuh di atas 5 persen," ujar Ahmad kepada awak media beberapa waktu lalu.

Sektor pembiayaan yang menjadi fokus Buana Finance adalah sektor konstruksi, pertambangan, perkebunan dan kehutanan.

Di tengah suasana pandemi, Buana Finance pun melakukan efisiensi kerja, agar pendapatan tak berkurang dan pembiayaan bisa naik. Sebelum terhantam pandemi, Buana Finance menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan baru Rp3 triliun, atau tumbuh 6,5 persen jika dibandingkan tahun 2019, yang di angka Rp2,75 triliun.

Sebagai informasi, sampai dengan Juni 2020, nilai pembiayaan baru perseroan mengalami penurunan menjadi sebesar Rp618 miliar, sebagai akibat dari melemahnya pertumbuhan ekonomi karena terdampak pandemi COVID-19 sejak kuartal pertama 2020. Hal ini juga berpengaruh pada pencapaian laba berjalan yang mengalami penurunan terutama karena penurunan penyaluran pembiayaan.

Dari sisi permodalan, Buana Finance memiliki modal (ekuitas) sebesar Rp1,2 triliun dengan total kewajiban sebesar Rp3,7 triliun. Dengan gearing ratio (debt to equity ratio) sebesar 3,08 kali, perseroan memiliki tingkat permodalan yang kuat untuk melakukan perluasan usaha.

Saat ini, Buana Finance memiliki 33 kantor cabang dan kantor selain kantor cabang (KSKC) yang tersebar di seluruh Indonesia.