Sejarah Museum Louvre Paris, dari Singgasana Raja Jadi Rumah Mona Lisa

JAKARTA - Setelah lebih dari dua abad digunakan sebagai istana kerajaan, pada 10 Agustus 1793 Louvre disulap menjadi museum di Paris, Prancis. Pembukaan istana sebagai museum dilakukan oleh pemerintah revolusioner Prancis. Tempat yang dulunya merupakan singgasana raja ini sekarang telah menjadi rumah dari salah satu lukisan paling populer di dunia, Mona Lisa, karya agung Leonardo da Vinci.  

Saat ini, koleksi Louvre merupakan salah satu yang terkaya di dunia. Karya seni dan artefak yang ada di sana kiranya mewakili 11.000 tahun peradaban dan budaya manusia.

Louvre pertama kali dibangun oleh Raja Philip II pada akhir abad ke-12. Sementara yang pertama kali tinggal di sana menurut History yakni Raja Francis I pada 1546. 

Raja Francis I adalah seorang kolektor seni yang hebat dan Louvre digunakan sebagai tempat bersemayamnya. Pembangunan Louvre, di bawah pengawasan arsitek Pierre Lescot, berlanjut setelah kematian Francis I dan masa pemerintahan Raja Henry II dan Charles IX. 

Hampir setiap raja Prancis berikutnya memperluas Louvre dan pekarangannya. Namun penambahan paling besar dilakukan oleh Louis XIII dan Louis XIV pada abad ke-17. 

Kedua raja ini juga memperluas koleksi seni yang berada di Louvre. Louis XIV memperoleh lukisan seni Charles I dari Inggris setelah dieksekusi dalam Perang Saudara Inggris. Pada 1682, Louis XIV memindahkan istananya ke Versailles. Louvre tidak lagi menjadi kediaman kerajaan utama.

Saat Abad Pencerahan sekitar abad ke-18, banyak orang di Prancis mulai menyerukan agar koleksi kerajaan dipajang di depan umum. Denis Diderot, penulis dan filsuf Prancis, termasuk orang pertama yang mengusulkan Louvre dijadikan sebagai museum seni nasional untuk umum. 

Meskipun Raja Louis XV untuk sementara memajang lukisan pilihan di Istana Luksemburg pada 1750, kemajuan nyata dibuat ketika menjadikan Louvre sebagai museum permanen ketika Revolusi Prancis pada 1789 pecah. Pada 10 Agustus 1793, Pemerintah Prancis resmi membuka Musée Central des Arts di Grande Galerie of the Louvre.

Koleksi di Louvre berkembang pesat. Tentara Prancis kerap menyita benda seni dan arkeologi di wilayah dan negara-negara yang mereka taklukkan dalam Perang Revolusi dan Perang Napoleon. 

Banyak dari karya seni yang dijarah ini dikembalikan setelah kekalahan Napoleon pada 1815. Untuk koleksi barang antik dari Mesir dan lainnya, Louvre saat ini berutang banyak pada penaklukan Napoleon. Dua sayap baru ditambahkan pada abad ke-19 dan kompleks multi-gedung Louvre selesai dibangun pada 1857, pada masa pemerintahan Napoleon III.

Pada 1980-an dan 1990-an, Grand Louvre --sebutan resmi museum-- mengalami renovasi besar-besaran. Fasilitas museum ditambahkan dan ribuan meter persegi ruang pameran baru dibuka. 

Arsitek China-Amerika I.M. Pei membangun piramida baja dan kaca di tengah halaman Napoleon. Pada 1993, pada ulang tahun ke-200 museum, area bangunan yang sebelumnya ditempati oleh Kementerian Keuangan Prancis dibuka untuk umum. Ini adalah pertama kalinya seluruh bagian Louvre dikhususkan untuk keperluan museum.

Mona Lisa efek

Nama museum Louvre semakin dikenal luas di dunia seiring melambungnya lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci. Lukisan tersebut yang paling memikat banyak pengunjung, bahkan mengakibatkan antrean yang panjang. Raja Francis I, memperoleh karya Mona Lisa setelah kematian Leonardo da Vinci. 

Selama berabad-abad, lukisan itu disembunyikan sampai pemberontak mengklaim koleksi kerajaan sebagai milik rakyat selama Revolusi Prancis. Setelah periode tersebut, lukisan Mona Lisa dipajang di Museum Louvre pada pergantian abad ke-19.

Salah satu keunikan lukisan Mona Lisa adalah senyumnya yang penuh teka-teki. Lukisan kecil dan ikonik ini dilindungi dengan kaca antipeluru dan diapit oleh penjaga. Menurut situs resmi Louvre, perlindungan dilakukan akibat pencurian yang terjadi pada 1911. 

Saat terjadi pencurian, orang-orang langsung berbondong-bondong ke Louvre untuk melihat ruang kosong tempat lukisan itu pernah digantung. Pencurian Mona Lisa juga menyebabkan direktur lukisan museum mengundurkan diri. 

Penyair bernama Guillaume Apollinaire serta seniman Pablo Picasso bahkan ditangkap sebagai tersangka. Dua tahun kemudian, seorang pedagang seni di Florence memberi tahu pihak berwenang bahwa seorang pria telah mencoba menjual lukisan itu kepadanya. 

Polisi menemukan lukisan itu disimpan di bagian bawah bagasi palsu milik Vincenzo Peruggia, seorang imigran Italia yang pernah bekerja di Louvre. Dia dan dua pekerja lainnya mengambil lukisan itu dengan cara bersembunyi di dalam lemari semalaman dan kabur di pagi hari. Peruggia ditangkap, diadili, dan dipenjarakan, sementara lukisan Mona Lisa berkeliling Italia sebelum kembali ke Prancis.