Aturan Ketat COVID-19 di Hong Kong Bebani Mental, Pilot Cathay Pacific: Saya Tidak Bisa Melanjutkan Ini
JAKARTA - Salah satu maskapai penerbangan terbesar di Asia, Cathay Pacific, menghadapi penentangan dari para pilot, mengatakan aturan ketat karantina Hong Kong di bawah kebijakan nol-COVID membahayakan kesehatan mental mereka, yang menyebabkan meningkatnya stres dan pengunduran diri.
Cathay Pacific Airways pekan lalu memecat tiga pilot yang melanggar aturan perusahaan, dengan meninggalkan kamar hotel mereka selama singgah di Frankfurt, Jerman dan kemudian dinyatakan positif COVID-19.
Pemerintah menanggapi dengan memaksa lebih dari 270 orang, termasuk anak-anak sekolah yang terkait dengan keluarga mereka, ke tempat kecil di kamp karantina negara.
Sementara, beberapa pilot menyatakan diri mereka tidak layak terbang untuk tugas pertama mereka setelah dibebaskan.
Contoh ekstrem dari tindakan pencegahan terkait pandemi di bawah kebijakan nol-COVID China menyoroti kondisi kerja yang sulit dihadapi pilot Cathay, semuanya divaksinasi sepenuhnya, ketika negara-negara Asia lainnya perlahan-lahan dibuka kembali.
Saingan Cathay, termasuk Qantas Airways Ltd., Australia mulai melonggarkan kebijakan singgah yang ketat, tetapi pemerintah Hong Kong memperketat aturan lebih jauh sejalan dengan daratan, berharap meyakinkan Beijing untuk mengizinkan perjalanan lintas batas.
Aturan yang lebih ketat muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran varian yang baru diidentifikasi menyebar di Afrika Selatan, yang juga telah ditemukan di beberapa tempat termasuk Hong Kong dan Inggris, dapat menyebabkan pembatasan perjalanan yang lebih ketat.
"Saya rasa saya tidak bisa melanjutkan ini," kata seorang pilot Cathay yang berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters seperti dikutip 26 November.
"Hanya stres dari potensi karantina keluarga dan teman-teman saya yang mengambil korban," sambungnya.
Beberapa pilot Cathay saat ini dan yang baru saja berangkat mengatakan kepada Reuters, moral rendah dan pengunduran diri meningkat setahun setelah banyak yang gajinya dipotong secara permanen hingga sebesar 58 persen.
Stres yang ekstrim adalah masalah yang signifikan dalam sebuah industri, di mana tanda-tanda masalah psikologis dapat membuat sulit untuk mendapatkan pekerjaan lain.
"Apa risikonya jika saya mengatakan kepada mereka bahwa saya sedikit stres?" tanya seorang pilot yang telah menghabiskan lebih dari 200 malam terkunci di kamar hotel jauh dari Hong Kong sejak pandemi dimulai.
"Apakah itu mempengaruhi kesehatan saya? Dan kemudian Anda pergi dari sini dan mereka bertanya apakah Anda pernah diberhentikan karena alasan psikologis?" tuturnya.
Pilot juga menyatakan frustrasi dengan ambiguitas beberapa aturan terkait pandemi yang diberlakukan pemerintah. Pilot, misalnya, diminta untuk menghindari 'kontak sosial yang tidak perlu' selama tiga minggu, setelah kembali ke Hong Kong, tetapi mereka tidak diberikan waktu istirahat sebagai kompensasi.
Cathay mengakui kepada Reuters dalam sebuah pernyataan, bahwa pengunduran diri pilot telah meningkat melampaui level normal sejak akhir Oktober.
"Sayangnya, insiden di Frankfurt telah mempengaruhi sentimen saat ini," kata maskapai itu.
Hong Kong mengklasifikasikan banyak tujuan termasuk Amerika Serikat dan Inggris sebagai 'berisiko tinggi', yang berarti pilot Cathay yang menerbangkan penumpang yang masuk dari tempat-tempat itu dikenai karantina hotel selama dua minggu.
Untuk staf penerbangan tersebut, Cathay mulai menjalankan daftar "gelembung tertutup" secara sukarela pada Bulan Februari yang melibatkan lima minggu berturut-turut terkunci di kamar hotel, tanpa akses ke udara segar atau gym dan kemudian dua minggu libur di rumah.
"Saya melakukannya untuk mendapatkan uang, karena pemotongan gaji 50 persen (tahun lalu) membuat hidup jauh lebih sulit," ungkap seorang pilot yang baru saja berangkat yang menjalani dua kali gelembung tertutup.
"Ada orang yang saat ini berada di gelembung tertutup ke-5 atau ke-6 mereka," sambungnya.
Cathay mengatakan pada Hari Kamis, beberapa penerbangan masuk selama musim permintaan puncak Desember akan dibatalkan, menunjukkan kurangnya sukarelawan.
Maskapai itu mengatakan, mereka menyadari ketegangan pada pilotnya dan memiliki sesi dial-in dua mingguan untuk berbagi masalah, serta program seperti jaringan bantuan pilot berbasis rekan serta menawarkan cuti yang diperpanjang.
Pilot yang berbicara dengan Reuters mengatakan, mereka mengharapkan lebih banyak pengunduran diri tahun depan, ketika tunjangan perumahan dan sekolah transisi berakhir.
Cathay mengatakan akan mempekerjakan "beberapa ratus" pilot baru dan memulai kembali program kadetnya di tahun mendatang.
Baca juga:
- Baru 12 Jam Menjabat, PM Wanita Pertama Swedia Magdalena Andersson Mengundurkan Diri
- Tolak Permintaan China Pindahkan Kapal Perang dari Laut China Selatan, Menhan Filipina: Sudah Ada dari 1999
- Selamatkan Pengemudi Wanita yang Pingsan di Jalan Tol dari Kecelakaan Maut, Pria Ini Rela Menabrakkan Mobilnya
- Resmi Sandang Dan-9 Sabuk Hitam Taekwondo, Donald Trump Sejajar dengan Presiden Rusia Vladimir Putin
Untuk diketahui, aturan ketat Hong Kong membuat FedEx Corp menutup basis percontohannya di kota itu minggu lalu, menggarisbawahi daya pikat yang meredup dari wilayah itu sebagai pusat logistik utama.
"Saya benar-benar merasakan perasaan orang-orang yang ada di Cathay. Saya benar-benar prihatin dengan kesehatan mental mereka dan bagaimana keadaan mereka," tukas seorang pilot FedEx yang baru saja meninggalkan Hong Kong.