Siapa Konglomerat Bambang Sutantio, Pengusaha yang Bakal Punya Kekayaan Rp19 Triliun setelah Cimory IPO Rp3,76 Triliun
JAKARTA - PT Cisarua Mountain Dairy Tbk alias Cimory bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui initial public offering (IPO). Produsen susu untuk konsumen premium yang dikenal dengan produk yogurt dan berencana melepas 1,19 miliar lembar dengan harga pelaksanaan Rp2.780 hingga Rp3.160.
Melalui skenario IPO ini, emiten yang akan menggunakan kode saham CMRY tersebut berpeluang meraup sebanyak-banyaknya dana senilai Rp3,76 triliun. Perseroan menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT CLSA Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Adapun dana hasil IPO nantinya akan digunakan untuk penambahan fasilitas produksi dalam bentuk properti, pabrik dan peralatan (33 persen). Selanjutnya anak usaha CMRY yakni PT Macroprima Panganutama akan menerima penyertaan tambahan jumbo yakni 25 persen dari dana IPO.
Dalam prospektus yang ditampilkan dalam E-ipo, dikutip Kamis 18 November, Macroprima Panganutama (MP) merupakan perusahaan dengan bidang usaha pengolahan dan pengalengan serta telah beroperasi komersil sejak 1993. Dari total omset CMRY, anak usaha yang dimiliki 99,99 persen sahamnya oleh perusahaan ini menyumbang 25,62 persen pendapatan dan merupakan 30,54 persen aset perusahaan.
Oleh MP, dana ini akan digunakan untuk penambahan kapasitas fasilitas produksi di Semarang dan Jawa Barat (80 persen), sedangkan 20 persen dari injeksi modal itu akan digunakan dalam pembiayaan operasional. Sebanyak 20 persen dana IPO juga dilakukan untuk menambah modal perusahaan distributor PT Macrosentra Niagaboga.
Saat yang sama 15 persen dana IPO ditempatkan untuk belanja besar-besaran chiller hingga 68.000 unit yang akan disebar ke toko dan retail. Dana ini juga akan meningkatkan Miss Cimory termasuk mendukung fasilitas pelatihan dan pengembangan. Sementara 7 persen lainnya akan digunakan perusahaan untuk modal kerja.
Dengan segala strategi pasca-IPO ini, manajemen Cimory yakin mampu memperkuat bisnisnya di Tanah Air. Terlebih, produk yogurt mereka dinilai menjadi yang paling laris di pasaran.
Lantas siapa sebenarnya sosok di balik kesuksesan Cimory? Dalam prospektus IPO CMRY, disebutkan bahwa pengendali dan penerima manfaat akhir dari perusahaan adalah konglomerat Bambang Sutantio.
Bambang memulai bisnis susu premium itu pada 2004. Saat merintis, Bambang bekerja sama dengan pengusaha dari Belanda, Theodorus Cornelis Johannes Swart.
Bambang menggenggam 60 persen saham Cimory, sedangkan sang mitra mengempit 40 persen. Namun berjalannya waktu, Cimory akhirnya berjalan tanpa Cornelis.
Setelah mengalami beberapa kali perubahan, pemegang saham CMRY sebelum IPO didominasi Bambang (63 persen) dan keluarga. Perincian nama lainnya adalah Farell Grandisuri Sutantio (9 persen), Axel Sutantio (9 persen), Wenzel Sutantio (9 persen), Tiffany Adikoesoemo (5 persen), PT Cimory Dairy Shop (3 persen), PT Cimory Hospitality Sejahtera (1 persen) dan PT Chocomory Cokelat Persada (1 persen).
Bambang juga menjalankan bisnis lain di luar konglomersi Cimory. Dia tercatat memiliki PT Bavarin Culinary Haus (70 persen), PT Macrocita Ardanasejati (50 persen), PT Sanubari Mitra Nusantara (25 persen), PT Macrotama Binsastika (57 persen), hingga PT Tatanan Sumber Berkat.
Baca juga:
Sementara, dalam CMRY, Bambang telah menempatan anak-anaknya dalam manajemen. Farell Grandisuri, Axel Sutantio dan Wenzel Sutantio baik sebagai direksi maupun komisaris. Hanya Alexander S. Rusli (komisaris independen) dan Bharat Shah Joshi (Direktur Keuangan & Hubungan Investor) yang tidak terkait dengan keluarga Bambang.
Walau dikenal dengan produk yogurt, usaha awal Bambang adalah perusahaan pengolahan daging MP (grup Macro), produsen sosis Kanzler. Baru pada 2004, Cimory beroperasi dengan konsep menampung susu petani.
Bambang terus mengembangkan produknya termasuk memproduksi telur ayam cair pasteurisasi dengan merek dagang Java Egg Specialities (JESS). Cimory yang awalnya hanya bagian dari bisnis berkembang menjadi sumber utama pemasukan. Dalam prospektus, CMRY telah dikukuhkan sebagai holding meski datang belakangan.
Bambang terus mendorong Cimory ke dalam tatanan baru bisnis. Pada 2017, Cimory telah memulai merintis bisnis internasional dengan merambah China dan Vietnam. Saat ini perusahaan telah bermitra dengan 6.000 peternak sapi di seantero Pulau Jawa.
Dengan kepemilikan saham CMRY oleh Bambang dan anak-anaknya sekitar 6,05 miliar lembar, serta asumsi harga IPO batas atas adalah Rp3.160, maka total kekayaan Bambang ditaksir mencapai total Rp19,11 triliun dari CMRY atau sekitar 1,33 miliar dolar AS.
Adapun berikut ini merupakan indikasi jadwal transaksi Cimory hingga tercatat di BEI:
- Masa Penawaran Awal: 10 -17 November 2021
- Perkiraaan Izin Efektif: : 26 November 2021
- Perkiraan masa penawaran umum perdana saham: 30 Nov– 2 Des. 2021
- Perkiraaan Tanggal Penjatahan: 2 Desember 2021
- Perkiraaan Distribusi Saham Secara Elektronik: : 3 Desember 2021
- Perkiraaan Tanggal Pencatatan di Bursa Efek Indonesia: 6 Desember 2021