Awal Kehidupan Baru Putri Mako di New York
JAKARTA - Mantan putri Kekaisaran Jepang, Mako Komuro mulai menjalani hidup baru di Amerika Serikat (AS) bersama suami yang baru ia nikahi, Kei Komuro. Seperti apa kehidupan baru Mako di New York?
Yang jelas, Mako kini tak lagi hidup di istana setelah melepaskan gelar kerajaannya. Mako akan tinggal di sebuah apartemen sewaan di New York, seperti halnya rakyat biasa.
Mako bukan yang pertama sebenarnya. Ia menjadi anggota keluarga yang meninggalkan monarki Jepang setelah Ayako Moriya pada 2018.
Mengutip The Guardian, sebuah rekaman yang disiarkan di saluran televisi Jepang menunjukkan Kei Komuro dan Mako Komuro diapit petugas keamanan saat berada di Bandara John F Kennedy, New York, AS. Mereka berdua langsung masuk ke kendaraan yang telah menunggu.
Kepindahan Mako dan sang suami ke AS telah lama dikabarkan. Keduanya naik penerbangan komersial pada Minggu, 14 November 2021 dari Tokyo ke New York. Di New York, Kei Komuro menjalani pendidikan di sekolah hukum dan bekerja di bidang hukum.
Kisah Mako dan Kei
Mako telah lama menjadi perhatian publik Jepang sejak menjalin hubungan dengan Kei Komuro. Keduanya pertama kali bertemu pada pertemuan mahasiswa yang berencana pergi ke luar negeri pada 2012. September 2017, pasangan itu mengumumkan niat menikah pada 2018.
Hubungan keduanya jelas mendapat tentangan dari masyarakat Jepang. Dalam beberapa minggu setelah pernikahan ditetapkan akan diselenggarakan pada November 2018, majalah mingguan Shukan Josei memuat berita yang menyebut ibu Kei Komuro berselisih dengan mantan pacarnya karena uang.
Hubungan Kei Komuro dan Mako makin kontroversial. Acara pernikahan pasangan itu pun tertunda. Kei Komuro lalu pindah ke New York untuk belajar hukum di Universitas Fordham. Pasangan itu dilaporkan tetap berhubungan melalui internet.
Liputan media yang berlebihan tentang pasangan itu selama bertahun-tahun menyebabkan Mako menderita gangguan stres pasca-trauma. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Badan Rumah Tangga Kekaisaran (IHA).
Setelah selesai kuliah hukum, Kei Komuro kembali ke Jepang pada September 2021 untuk memenuhi janjinya menikahi Mako. Mengutip DW, Kei Komuro sudah memiliki pekerjaan di sebuah firma hukum di New York. Tetapi ia belum lulus ujian pengacara. Kei Komuro mengatakan akan terus belajar dan kembali ikut ujian pada Februari 2022.
Rencana untuk melanjutkan acara pernikahan secara diam-diam pupus setelah laporan media muncul. Laporan itu menarasikan bahwa pernikahan Mako dan Kei Komuro sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas keluarga kekaisaran. Laporan juga membahas pendapatan Kei Komuro, yang disebut tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan Mako.
Pada acara pers setelah upacara pernikahan, pengantin baru itu meminta maaf atas masalah yang disebabkan oleh pernikahan mereka. Keduanya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat yang masih mendukung mereka.
"Bagi saya, Kei adalah eksistensi yang sangat penting dan tak tergantikan," kata Mako.
"Mako dan saya ingin membangun keluarga yang hangat dan menyenangkan," ucap Kei Komuro.
"Saat-saat bahagia, saat-saat tidak bahagia, kami ingin bersama, dan kami akan sangat diperlukan satu sama lain," tambah Kei Komuro.
Mako lalu meninggalkan kediamannya di Tokyo untuk mendaftarkan pernikahannya. Ia membungkuk beberapa kali kepada orang tuanya, Putra Mahkota Fumihito dan Putri Mahkota Kiko. Dia juga memeluk adik perempuannya, Putri Kako sebelum pergi.
Pernikahan itu juga menimbulkan pawai protes yang belum pernah terjadi sebelumnya di Tokyo. Sebagian besar peserta protes terdiri dari kaum konservatif dan orang paruh baya yang sangat membenci pernikahan itu. Mereka mengacungkan tulisan "Hentikan Pernikahan Terkutuk" dan "Tidak, Komuro."
Kontroversi seputar pasangan itu dan langkah mereka untuk pindah ke AS membuat banyak orang membandingkan mereka dengan pasangan kerajaan Pangeran Harry dan Meghan Markle. Keduanya memutuskan untuk keluar dari anggota kerajaan pada awal 2020.
Hukum Kekaisaran Jepang
Di bawah hukum Jepang, perempuan di Kekaisaran Jepang akan kehilangan gelarnya setelah menikah dengan orang biasa. Karena jelas menikahi orang biasa, secara otomatis gelar kerajaan Mako dilepas.
Diketahui bahwa Kei dan Mako tidak menggelar ritual pernikahan kerajaan biasa. Mako juga menolak pembayaran yang ditawarkan setelah kepergiannya dari kerajaan.
Mako menjadi anggota wanita pertama dari keluarga kerajaan yang menolak kedua hal penting itu. Dengan sedikitnya jumlah bangsawan laki-laki, ada beberapa perdebatan tentang perubahan aturan di kekaisaran Jepang.
Jajak pendapat menunjukkan publik secara luas mendukung perempuan diizinkan untuk memerintah. Tetapi perubahan apa pun cenderung lambat karena ditentang keras oleh kaum tradisionalis.
*Baca Informasi lain soal BERITA INTERNASIONAL atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.