Epidemiolog: Kalau Mau Kembali Normal dari COVID-19, Ya itu Masih Belum Bisa Dipastikan
JAKARTA - Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengatakan belum dapat dipastikan kapan keadaan di Indonesia akan kembali normal dari pandemi COVID-19.
“Kalau mau kembali normal, ya itu masih belum bisa dipastikan. Karena sangat bergantung pada banyak hal,” kata Pandu dalam webinar “Tren Masa Depan Dunia Kerja dan K3 Usai Pandemi” yang diikuti di akun Youtube ILO di Jakarta, dilansir Antara, Rabu, 10 November.
Pandu menuturkan, salah satu masalah utama yang menyebabkan belum adanya kepastian keadaan dapat kembali normal adalah penularan COVID-19 yang secara nyata masih terus terjadi setiap hari dan kekebalan kelompok yang belum terbentuk secara penuh.
Kekebalan tubuh masyarakat yang belum terbentuk secara penuh itu, diakibatkan oleh adanya kendala dalam melaksanakan kegiatan vaksinasi seperti menunggu datangnya vaksin yang dibeli pemerintah dari luar negeri.
Akibatnya, kata dia, masyarakat masih berpotensi untuk tertular virus pada saat menunggu kedatangan vaksin tersebut.
Baca juga:
- Update COVID-19 Per 10 November: Kasus Baru 480, Kasus Aktif 9.537
- Antisipasi Masuknya COVID-19 AY.4.2, Sekjen Kemenkumham Minta Gerbang Masuk WNA Diperketat
- Kabar Baik! Kasus Aktif COVID-19 di Sumut Tinggal 214 Orang
- Kabar Baik, Ilmuwan Sebut Peradangan Otot Jantung Akibat Vaksin COVID-19 Tergolong Ringan dan Jangka Pendek
Selanjutnya, adanya mutasi dari virus COVID-19 yang terus melahirkan varian-varian baru, dikhawatirkan akan lebih berbahaya dan menjadi kebal terhadap vaksin. Sehingga dikhawatirkan pandemi akan semakin lama berakhir.
“Ancaman lain yang masih belum jelas adalah kapan virus ini bermutasi? Karena virus ini selalu bermutasi. Kita khawatir imunitas yang dibangun dengan vaksinasi bisa tidak berdaya menghadapi virus yang berubah strainnya,” kata dia.
Meskipun terdapat sejumlah persoalan yang mempengaruhi keadaan, dia menjelaskan sikap optimis Indonesia untuk memperluas cakupan vaksinasi terutama pada daerah yang memiliki beban pandemi tinggi seperti wilayah aglomerasi, perkotaan dan kelompok rentan dapat membantu menurunkan angka kasus positif dan angka hospitalisasi.
Adanya kebijakan ketat yang diterapkan oleh pemerintah dalam menjalankan kegiatan sosial, juga membantu masyarakat terhindar dari penularan COVID-19. Sehingga aturan-aturan tersebut harus terus dipertahankan bila negara ingin masuk ke dalam fase endemis.
“Kita harus melakukan banyak perubahan-perubahan, agar selama transisi dari pandemi menjadi endemi itu berjalan lancar, dan itu membutuhkan kesepakatan, kesabaran juga ketahanan kita bersama. Ini yang bisa saya jawab untuk sementara,” ujar dia