Menkes Budi Minta Obat Molnupiravir Diproduksi di Indonesia

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pemerintah memiliki sejumlah strategi untuk mengamankan stok obat COVID-19 di Tanah Air, termasuk Molnupiravir yang merupakan obat antivirus.

Setidaknya ada strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk mengamankan obat sehingga Indonesia tak kerepotan jika terjadi peningkatan kasus aktif. Adapun strategi jangka pendek adalah melakukan impor agar stok tetap terjaga.

"Strategi jangka pendek kita ingin datangkan cepat ini impor dulu agar sebelum Nataru (Natal dan tahun baru) sudah ada stoknya," kata Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 8 September.

"Sehingga kalau terjadi (peningkatan kasus, red) tapi mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa saat nataru kita sudah siap obatnya," imbuhnya.

Budi mengatakan untuk obat antivirus yang akan didatangkan, Indonesia punya dua pilihan yaitu Molnupiravir dari pabrikan Merck dan Paxlovid hasil pabrikan farmasi Pfizer.

"Tetapi siapa yang akan kita pilih nantinya adalah yang dia memberikan komitmen agar membangun pabrik di Indonesia," ujar mantan Wakil Menteri BUMN itu.

Sementara untuk jangka menengah dan panjang, pemerintah akan meminta pabrikan obat untuk membangun pabrik di Tanah Air. "Bisa dia inves langsung, bisa bekerja sama dengan perusahaan BUMN tapi yang penting dia bangun pabriknya," tegas Budi.

Dengan cara ini, Budi berharap Indonesia nantinya akan memiliki ketahanan obat untuk menghadapi pandemi COVID-19. Untuk mencapai cara ini, pemerintah juga akan terus membuka komuikasi dengan pabrikan farmasi termasuk dengan Merck dan Pfizer.

"Minggu ini Pak Menko (Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan) akan memimpin diskusi dengan dua perusahan tersebut yang mudah-mudahan kita bisa selesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama," pungkas Budi.