Wabah Varian Delta Mereda, Jumlah Kasus Global COVID-19 Dekati 250 Juta
JAKARTA - Kasus infeksi COVID-19 di seluruh dunia mendekati 250 juta pada Hari Minggu, ketika lonjakan dari varian Delta mereda dengan perdagangan dan pariwisata yang lebih normal dilanjutkan, meskipun beberapa negara di Eropa timur mengalami rekor wabah.
Selama tiga bulan terakhir, jumlah rata-rata harian kasus telah turun 36 persen, menurut analisis Reuters, seperti dikutip Senin 8 November.
Meski penyebarannya melabat, virus masih menginfeksi 50 juta orang setiap 90 hari, karena varian Delta sangat menular, analisis menunjukkan, dengan pembanding 50 juta kasus COVID-19 pertama dicapai dalam waktu hampir setahun.
Pakar kesehatan optimis bahwa banyak negara telah melupakan pandemi terburuk berkat vaksin dan paparan alami, meskipun mereka memperingatkan cuaca yang lebih dingin dan pertemuan liburan yang akan datang dapat meningkatkan kasus.
"Kami pikir antara sekarang dan akhir 2022, ini adalah titik di mana kami mengendalikan virus ini, di mana kami dapat secara signifikan mengurangi penyakit parah dan kematian," ujar Maria Van Kerkhove, ahli epidemiologi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selain vaksin, dokter sekarang memiliki perawatan yang lebih baik. Inggris pada Hari Kamis menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui pil antivirus COVID-19 yang berpotensi mengubah permainan yang dikembangkan bersama oleh Merck dan Ridgeback Biotherapeutics yang disebut molnupiravir.
Studi menunjukkan, obat itu dapat mengurangi separuh kemungkinan kematian atau dirawat di rumah sakit, bagi mereka yang paling berisiko mengembangkan COVID-19 parah ketika diberikan di awal penyakit.
Kendati demikian, infeksi masih meningkat di 55 dari 240 negara, dengan Rusia, Ukraina dan Yunani pada atau mendekati tingkat rekor kasus yang dilaporkan sejak pandemi dimulai dua tahun lalu, menurut analisis Reuters.
Eropa Timur memiliki tingkat vaksinasi COVID-19 terendah di kawasan ini. Lebih dari setengah semua infeksi baru yang dilaporkan di seluruh dunia berasal dari negara-negara di Eropa, dengan satu juta infeksi baru setiap empat hari, menurut analisis.
Beberapa wilayah Rusia mengatakan minggu ini bahwa mereka dapat memberlakukan pembatasan tambahan atau memperpanjang penutupan tempat kerja untuk memerangi lonjakan kasus COVID-19 ketika negara itu mencatat kematian akibat penyakit tersebut.
Sementara itu, lebih dari setengah populasi dunia belum menerima satu dosis vaksin COVID-19, menurut Our World in Data, dengan urang dari 5 persen orang di negara berpenghasilan rendah telah menerima setidaknya satu dosis.
WHO dan kelompok bantuan lainnya bulan lalu mengimbau para pemimpin negara 20 ekonomi terbesar dunia (G20) untuk mendanai rencana membawa vaksin, tes, dan obat-obatan COVID-19 ke negara-negara miskin dalam 12 bulan ke depan senilai 23,4 miliar dolar AS
Baca juga:
- Tabrak Gunung Bawah Laut, Komandan dan Perwira Eksekutif Kapal Selam Nuklir Amerika Serikat Dicopot
- Disergap Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), Sedikitnya 50 Tentara Rezim Militer Myanmar Tewas di Kalay
- Terima Audiensi Presiden Mahmoud Abbas, Paus Fransiskus Tegaskan Solusi Dua Negara untuk Konflik Palestina-Israel
- Serangan Drone AS Tewaskan 10 Warga Sipil di Afghanistan, Pentagon: Tidak Ada Pelanggaran Hukum
"Ketidaksetaraan vaksin tetap menjadi penghalang terbesar untuk mencapai target cakupan kami," Asisten Direktur PAHO Jarbas Barbosa, mendesak pihak berwenang untuk memprioritaskan orang tua, pekerja garis depan, dan orang-orang dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya, untuk melindungi mereka dari membebani sistem perawatan kesehatan.