Bagikan:

JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Mariya Mubarika menilai wajar mutasi virus COVID-19 yang membentuk varian baru. Sebab, mutasi virus adalah hal alamiah yang tidak mungkin dihentikan.

"Mutasi ini adalah hal yang alami, jadi  akan terus ada. Mutasi dihentikan, itu hal yang tidak mungkin,” ujar Mariya dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk Varian Baru COVID-19 secara daring, Sabtu, 22 Mei.

Berdasarkan laporan yang diterima IDI enam bulan setelah COVID-19, kata dia, sudah banyak ditemukan varian baru. Bahkan bukan hanya 3 seperti yang belakangan diberitakan, namun jumlahnya mencapai ratusan jenis.

“Enam bulan setelah pandemi itu mutasi dari varian yang berbeda saja sudah sampai 240 jenis. Jadi jumlahnya sudah banyak,” ungkap Mariya.

Karenanya, IDI mengaku prihatin apabila varian baru menjadi polemik di masyarakat. Kendati begitu, Mariya memaklumi bahwa adanya mutasi virus merupakan hal baru bagi awam sehingga tidak semua orang memahami apa yang terjadi.

“Memang ini new emerging deseases, hal yang baru. Jadi masyakat belum sepenuhnya memahami apa sih yang terjadi. Sehingga apa-apa yang dilakukan bukan sesuatu yang kongkrit, yang bermanfaat buat dirinya. Tapi hal-hal yang malah menimbulkan masalah-masalah baru. Kontrapoduktif,” pungkas Mariya.

Diketahui, pada awal Mei, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan ada tiga varian virus corona dari luar negeri yang telah menyebar di Indonesia. 

Adapun ketiga varian tersebut adalah: 

- Varian B.1.1.7, pertama terdeteksi di Inggris 

- Varian B.1.617, pertama terdeteksi di India 

- Varian B.1.351, pertama terdeteksi di Afrika Selatan