Bagikan:

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur bakal menjadi kilang modern ramah lingkungan pasca mendapatkan pendanaan.

RDMP Balikpapan tersebut nantinya dapat menurunkan emisi gas buang yang signifikan dari efisiensi energi untuk operasi dan produk yang nanti akan dihasilkan, sehingga mendukung program net zero emission (NZE) yang telah dicanangkan pemerintah.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dalam keterangannya, Sabtu 24 Juni, mengatakan sektor energi merupakan elemen yang sangat penting untuk perkembangan ekonomi karena tidak ada aktivitas dapat terjadi tanpa dukungan energi.

Sebelumnya, Pertamina melalui Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) pada Jumat 23 Juni telah menyelenggarakan Closing Ceremony Project Financing RDMP Balikpapan.

Pendanaan pembangunan proyek itu mendapatkan kepercayaan serta dukungan dari empat export credit agency dan 22 kreditur komersial yang nilainya mencapai 3,1 miliar dolar AS yang akan disalurkan kepada PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB).

"Keberhasilan pembiayaan Proyek RDMP Kilang Balikpapan ini tentunya merupakan suatu prestasi untuk Pertamina, KPI, dan KPB. Ini merupakan project financing yang terbesar di Indonesia sampai dengan saat ini, bahkan komitmen yang disampaikan kreditur mengalami over-subscribe hingga 42 persen," ujar Pahala, dilansir dari Antara.

Capaian tersebut, kata Pahala, membuktikan bahwa Pertamina dinilai sebagai perusahaan energi global yang terpercaya dan memperlihatkan betapa besar serta strategisnya proyek tersebut.

"Oleh karena itulah, kami percaya kemampuan Pertamina untuk menyelesaikan proyek RDMP Balikpapan dapat meningkatkan produksi dari 260 barel per hari menjadi 360 ribu barel. Ini sangat penting bagi kami dan bagi Indonesia," ujar Pahala.

Sebagai proyek dengan investasi terbesar, Pertamina menyebut RDMP Balikpapan membawa multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi daerah karena melibatkan perusahaan daerah, menyerap tenaga kerja lokal, serta tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang ditargetkan mencapai 30-35 persen.

Saat proyek tersebut selesai, diproyeksikan dapat menghemat current account sebesar 2,5 miliar dolar AS per tahun baik dari produk BBM, elpiji maupun petrochemical.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan proyek RDMP Balikpapan akan menjadi kilang modern ramah lingkungan karena dapat menurunkan emisi karbon dari efisiensi energi operasi serta produk yang akan dihasilkannya.

"Kilang Balikpapan nantinya bisa memproses hampir semua jenis crude, daya proses lebih canggih, sehingga bisa mencari crude lebih efisien dan murah karena bisa untuk crude sulfur tinggi. Kualitas produk yang kami hasilkan meningkat dari euro 2 ke euro 5," ujar Nicke.

Menurut Nicke, upaya Pertamina untuk menuntaskan RDMP Balikpapan tak terhalang oleh pandemi COVID-19. Proses pengerjaan kilang terus berjalan dan hingga saat ini telah mencapai kemajuan 74 persen dengan tetap mengedepankan keamanan dan keselamatan.

Pembangunan kilang Balikpapan, kata Nicke, memiliki tingkat kesulitan yang tinggi lantaran pengerjaan proyek itu berdampingan dengan kilang eksisting yang masih beroperasi.

"Ini ibarat seperti membuat gerbong baru, saat kereta yang sama sedang berlari kencang dan kemudian gerbong baru ini nanti digabungkan dengan gerbong yang sudah ada. Itu lah tantangannya dan kami bisa mengerjakannya," ujar Nicke lagi.

Tantangan lainnya juga terdapat pada penggunaan equipment yang berkapasitas besar dan berat seperti residue fluid catalytic cracking (RFCC) disengager/stripper dan regenerator dengan total berat keseluruhan sekitar 3.100 ton yang pemasangannya menggunakan giant rigger crane, yang merupakan crane khusus yang didatangkan dari Belgia.

Peralatan tersebut memiliki sistem regenerasi bertahap (multistage regeneration), yaitu sebuah metode terbaru yang digunakan pada unit RFCC untuk dapat mengolah residu (bottom product) menjadi produk BBM yang bernilai ekonomis tinggi dan ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan keekonomian/margin kilang.

"Tidak ada di dunia ini pembangunan proyek berdampingan seperti ini. Kami tetap mengoperasikan kilang agar kita tetap dapat menjaga ketahanan energi dan suplai BBM tersedia cukup supaya tidak impor," ujar Nicke lagi.