JAKARTA - Dua mantan Gubernur DKI Jakarta yang pernah berseteru dalam Pilkada 2017, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kini akur kembali. Tanpa disangka menunjukan momen keakraban keduanya saat menghadiri acara Bentang Harapan dan Asa memperingati 5 abad (500 tahun pada 2027) Kota Jakarta di Balai Kota Jakarta, Selasa,31 Desember, 2024 .
Pertemuan dua tokoh politik yang pernah berseteru saat sama sama mencalonkan Gubernur DKI pada 2017 lalu. Ketatnya persaingan itu sampai berimbas pada munculnya polarisasi di masing masing pendukung mereka.
Timbul keakraban Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak datang tiba-tiba. Keakraban itu terbina dari peran pasangan calon Pilkada DKI Pramono Anung- Rano Karno Si Doel, yang ingin memperluas dukungan dengan menggaet kelompok pendukung Anies dengan 'Anak Abahnya', dan pendukung Ahok dengan 'Ahoker'. Kekuatan itu untuk melawan pasangan Ridwan Kamil dan Suswono, yang dikenal didukung Koalisi Plus gemuknya karena mendapat dukungan banyak partai.
BACA JUGA:
Selain itu model kampanye pasangan Pram-Doel yang rendah hati karena mengusung akan meneruskan legasi para mantan gubernur pendahulunya,juga diterima para mantan gubernur DKI itu sehingga mereka mau totalitas mendukung pasangan Pram-Doel pada pilkada DKI kali ini. Bersama -sama pendukungnya bahkan bersama menjadi simpatisan pasangan itu. Bahkan mereka melupakan asal- usul mereka, pendukung Anies yang banyak dari kalangan Islam moderat, dan Ahoker yang berasal kaum intelek muda dan kaum kalangan menengah berpadu memenangkan Pram -Doel.
Program kerja yang diusung Pram- Doel yang mengatakan akan meneruskan legasi para mantan Gubernur yang sudah baik akan diteruskan. Sebab kata nya sering kali gubernur terpilih seringkali mengedepankan egonya sendiri, mereka tidak mau meneruskan program gubernur sebelumnya. Sementara pasangan Pram -Doel jika terpilih dia berjanji akan meneruskan program yang sudah baik.
Misalnya pembangunan Kalijodo yang bagus di masa Ahok akan diteruskan. Demikian juga dengan pembangunan stadion JIS di masa Anies, akan disempurnakan. Ia mengaku sudah belanja masalah, kelemahan dari program program itu , misalnya Stadion JIS kekurangannya soal transportasi menuju- ke arah ke stadion itu dan sempat dikeluhkan bila ada event dan pertandingan di lokasi.
Pendekatan yang mengayomi itulah pasangan Pram-Doel yang asalnya memiliki modal 00,1 pemilih menurut lembaga survei. Dapat memenangkan Pilkada DKI sementara Pasangan Ridho (Ridwan Kamil- Suswono) yang didukung koalisi gemuk dapat dikalahkan. Dari hubungan yang intens antara pasangan Pram -Doel. Bahkan Anies membantu mempertemukan tokoh-tokoh Islam di Jakarta dengan pasangan Pram -Doel, demikian juga mempertemukan Ahok dengan kalangan Ahoker. Maka kedua mantan Gubernur menjadi saling akrab.
Meski Anies sendiri merasa memiliki kekecewaan setelah tidak jadi diusung PDIP menjadi calon gubernur DKI karena Ketua Umum Megawati Soekarnoputri lebih memilih pasangan Pram-Doel sebagai calon Gubernur DKI. Kekecewaan yang sama juga dirasakan Ahok yang santer akan dijadikan jago PDIP untuk menandingi Ridwan Kamil di DKI setidaknya dilingkungan PDIP. Namun Megawati punya penugasan lain, Ahok diminta untuk mengurus pendidikan kader dan pembentukan Yayasan PDIP.
Klop lah dua mantan rival Gubernur DKI dipertemukan dan memiliki kesempatan membantu Pram-Doel dengan menggerakan masing masing pendukungnya. Padahal antara Anies- Ahok sangat sulit disatukan mengingat sejarah panjang perseteruan mereka bersama pendukung. Terutama persoalan yang kerap menjadi perdebatan keduanya antara lain soal Pilgub DKI Tahun 2017, soal E-budgeting R-APBD DKI Jakarta, Penanganan Banjir, Pembangunan Kampung Akuarium, persoalan IMB Pulau Reklamasi yang kerap menjadi dibanding bandingkan antara keduannya.
Ketegangan politik yang sempat memuncak di antara Anies dan Ahok pada masa lalu kini berubah menjadi saling pengertian. Dalam beberapa kesempatan, keduanya terlihat berdiskusi di berbagai forum, termasuk acara debat publik dan diskusi pembangunan kota. Dalam sebuah wawancara, Ahok mengungkapkan, “Saya dan Anies sudah melewati masa-masa sulit. Kini, fokus kami adalah bagaimana Jakarta bisa lebih maju tanpa harus mengedepankan ego pribadi.” ujarnya di suatu diskusi.
Momen Kebersamaan yang Menginspirasi
Kedekatan Anies dan Ahok menjadi sorotan ketika keduanya menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Jakarta pada Juni 2024. Dalam acara tersebut, mereka duduk berdampingan dan terlihat berbincang santai. Keakraban ini menimbulkan banyak komentar positif dari masyarakat.
“Ini contoh yang baik. Dua tokoh besar yang pernah berselisih, kini menunjukkan kedewasaan politik,” kata Rudi Hartono, seorang pengamat politik dari Universitas Indonesia.
Bahkan baik Anies dan Ahok mencandai para juru warta nanti tunggu bulan depan akan ada kejutan, ujarnya tanpa menjelaskan apa yang dimaksud dengan kejutan itu. Menurut Juru Bicara Anies, Geisz Khalifa memperkirakan kejutan yang maksud dan diketahuinya adalah Anies merencanakan akan mendeklarasikan pembentuk ormas (organisasi masa) tuk mewadahi pendukung 'Anak Abah'. Mengingat kebutuhan untuk mengusung Anies dalam pilpres kedepan, sementara Anies tidak berpartai, yang disyaratkan UU Pemilu. Kedepan Ormas ini akan jadi tunggangan Anies untuk bermitra dengan sebuah partai.
Aditya Perdana, Peneliti Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universita Indonesia, melihat bersatunya dua elit politik itu semoga akan memperkuat posisi oposisi di luar pemerintah. Namun Adit meyakini bukan soal penyatuan dua tokoh elit itu. Tetapi lebih soal dampak dari keputusan MK terbaru yang menghapuskan adanya Treshold 20 persen itu, "Kita menanti momen-momen selanjutnya semoga bisa menjadi kristalisasi oposisi itu," ujar Aditya di hubungi Voi, 6 Januari 2025.
Banyak pihak juga memprediksi bahwa hubungan harmonis ini bisa membuka peluang kolaborasi yang lebih besar di masa depan. Sebagai tokoh nasional dengan pengalaman memimpin Jakarta, Anies dan Ahok memiliki potensi untuk menjadi motor penggerak berbagai inisiatif pembangunan kota yang inklusif.
“Jika hubungan ini terus dijaga, mereka bisa menjadi teladan bagi generasi pemimpin berikutnya. Tidak menutup kemungkinan mereka juga akan bekerja sama dalam skala yang lebih besar, seperti pemerintahan pusat atau organisasi internasional,” tambah Rudi.
Sementara Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga melihat bersatunya dua tokoh Anies dan Ahok, adalah tanda bangkitnya symbol oposisi. Selama ini oposisi perankan oleh PDIP yang berhadapan dengan partai -partai KIM plus yang mendukung pemerintahan, kini bertambah dengan kekuatan ini.
Namun, tantangan tetap ada. Polarisasi politik di tingkat akar rumput masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Pendukung kedua tokoh ini di masa lalu sering kali terlibat dalam perdebatan panas, dan upaya menyatukan persepsi mereka membutuhkan waktu.
Juru bicara Anies, Geisz Chalifah menyebut pada dasarnya kedua tokoh Anies dan Ahok memiliki paham yang sama, yaitu tentang Keadilan Sosial "jadi tidak ada perbedaan,dan bisa bekerja sama" ujar Geisz di sejumlah wawancara televisi.
Bukan hanya itu ada sejumlah kalangan yang menggadang bersatunya dua tokoh yang sama memiliki kaliber nasional itu layak diusung menjadi calon di Pilpres 2029 mendatang. Setidaknya kemunculan Anies tidak menjadi enemy bagi pasangan incumbent yang saat ini berkuasa, karena semakin luas dukungan kepada mereka. Selain itu munculnya putusan Mahkamah Konstitusi yang menghapuskan syarat threshold 20 persen bagi partai mencalonkan, membuka peluang itu.
Kolaborasi mereka, meski di luar lingkup formal, memberikan harapan baru bagi Jakarta dan Indonesia. Warga menantikan kiprah keduanya di masa depan, baik sebagai individu maupun sebagai mitra yang bersinergi untuk kemajuan bangsa.