Bagikan:

JAKARTA - Mantan Wali Kota Solo 2005 - 2012, Jokowi ini sangat piawai memainkan popularitas dan citra baiknya, guna menarik simpati dari publik. Kesan yang selalu ingin ditampilkan Joko Widodo, bahwa dirinya merupakan sosok yang selalu 'merakyat' sekaligus memunculkan branding dirinya itu berbeda dengan presiden - presiden sebelumnya.

Dia merupakan politikus yang lihai memanfaatkan simbol-simbol rakyat kecil untuk kepentingan politik. Dia sering berpakaian santai, mengendarai motor dan menggunakan outfit merek-merek lokal.

Melihat tingkah Jokowi yang selalu menjaga citra sebagai presiden rakyat membuat mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak bisa menahan ucapannya. Pria yang biasa dipanggil dengan JK ini pernah berseloroh jika Jokowi merupakan presiden yang paling rajin menemui rakyatnya di seluruh penjuru tanah air.

Entah satir atau benar memuji, namun fakta bahwa Jokowi kerap keliling Indonesia untuk menemui rakyat atau meresmikan proyek tidak bisa dibantah. Dan siapa yang bisa menduga jika tingkah presiden ketujuh ini justru menimbulkan hal yang sebaliknya. Sebagian rakyat merasa tertipu dan menganggap Jokowi adalah presiden pembohong dan zalim.

Enam hari sebelum Presiden Joko Widodo lengser, beberapa tokoh nasional berkumpul dan membahas persiapan kongres yang bertajuk Adili Jokowi. Kongres itu rencananya digelar pada tangal 18 Oktober 2024. Tujuan kongres ini hanya satu, Jokowi harus mempertanggungjawabkan kesalahannya dan jika perlu harus dipenjara.

Aksi massa saat demo di depan kantor KPU RI, Menteng, Jakpus/ Foto: Rizky Sulistio/ VOI
Aksi massa saat demo di depan kantor KPU RI, Menteng, Jakpus/ Foto: Rizky Sulistio/ VOI

Acara tersebut dipandu oleh Faisal Asegaf dan Rafly Harun. Dan dihadiri oleh mantan Ketua MPR Amien Rais, mantan Sekretaris BUMN Said Didu, mantan Wakapolri Mayjen (Purn) Oegroseno, Marwan Batubara, Edy Mulyadi, Roy Suryo, dan presenter Rahma Sarita Aljufri.

"Acara ini merupakan persiapan karena pada 18 Oktober 2024 nanti ada Kongres Adili Jokowi," kata Rahma Sarita mengawali acara silaturahmi yang dibanjiri peserta itu.

Disebutkan sehari sebelumnya, selain tokoh-tokoh nasional di atas, beberapa pakar hukum telah melakukan pertemuan untuk merumuskan kesalahan-kesalahan Jokowi yang akan bisa dibawa ke pengadilan.

Mantan Sekretaris BUMN Said Didu mengatakan dirinya optimis jika pemerintahan Prabowo Subianto saat ini bisa lepas dari jeratan dan jebakan Jokowi. Pria asal dari Sulawesi Selatan ini kemudian membacakan 26 tuntutan berikut alat bukti yang bisa dipertanggungjawabkan terkait kesalahan Jokowi selama menjadi presiden.

Tak kalah dengan Said Didu, Amien Rais dalam orasinya menyoroti terjadinya kejahatan moral selama 10 tahun pemerintahan Jokowi. "Jokowi alias Mulyono harus dipenjara, insyaAllah," ujar Ketua Dewan Syura Partai Ummat itu.

Politisi dari Partai Nasdem, Oegroseno juga angkat suara dengan menyampaikan kasus akun Fufufafa yang dinilai dimiliki Gibran Rakabuming Raka, tidak sulit untuk dibawa ke penyidikan polisi. Pensiunan polisi bintang tiga itu mengimbau masyarakat bisa melaporkan delik hukum melalui polsek terdekat.

Presiden Kebalikannya Bicara

Julukan itu dinilai tepat untuk Presiden ketujuh Joko Widodo. Penilaian tersebut disampaikan Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Andalas, Feri Amsari saat diminta untuk mengevaluasi 10 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi padaacara Talks PKB Insight Hub, Transisi Pemerintahan Indonesia 2024 di Kemang, Jakarta Selatan.

"Jokowi adalah PKB. Maksudnya Presiden Kebalikan Bicaranya," ujar Feri, Sabtu, 19 Oktober.

Feri menyebut Jokowi kerap kali menunjukan hal yang kebalikan dari perkataan awalnya. Contohnya melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga menjadikan anak-anaknya politisi.

"Apa-apa kebalikan, mau berantas korupsi, tapi yang dirusak KPK-nya dulu. Mau bilang anaknya adalah bukan politisi, faktanya lebih politisi daripada politisi," sebutnya.

Di awal pemerintahannya, Jokowi diketahui tidak mengijinkan anak-anaknya untuk masuk pemerintahan. Alasannya karena lebih memilih berbisnis. Sayangnya, semua pernyataan tersebut terbantahkan dengan Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra sulungnya kini menjadi wakil presiden ke-14.

Catatan Tajam The New York Times atas Skandal Keluarga Jokowi

Skandal dan pamer kemewahan menggunakan privat jet yang dilakukan Erina Gudono, istri dari Kaesang Pangareb, yang merupakan putra bungsu dari Jokowi menjadi pergunjingan di luar negeri. Hal ini disebabkan media bergengsi The New York Times yang terbit sejak tahun 1851, tepat tanggal 19 Oktober 2024 menuliskan judul The Scandal of the Indonesian Leader’s Son and the Private Jet.

Kritik Pedas Media Asing untuk Keluarga Jokowi
Kritik Pedas Media Asing untuk Keluarga Jokowi

Times menuliskan tingkah dan pamer kemewahan dari putra bungsunya beserta menantunya merupakan 'pukulan telak bagi citra Everyman yang dibangun oleh Presiden Joko Widodo, yang mengundurkan diri pada hari Minggu'. Media ini juga menuliskan alasan Kaesang naik privat jet tersebut dengan cara menumpang karena milik teman.

Times menyoroti dan mencatat "Ketika Kaesang dan Erina sedang dalam perjalanan ke Amerika Serikat, sekutu-sekutu Joko berusaha mengubah undang-undang untuk mengizinkan Kaesang yang berusia 29 tahun untuk mencalonkan diri dalam pemilihan daerah bulan depan yang akan memilih gubernur, wali kota, dan jabatan-jabatan lainnya. Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan, beberapa di antaranya merobohkan gerbang kompleks DPR.

DPR membatalkan langkah tersebut, tetapi kejadian itu merupakan pukulan lain bagi citra Jokowi yang telah dibentuk dengan hati-hati sebagai seorang politikus yang rendah hati. Sebagai presiden Indonesia pertama yang bukan seorang jenderal atau dari kalangan elit politik, Joko seharusnya menjadi pembeda dari masa lalu bangsa yang kleptokrasi (berbeda dengan diktator Suharto dan anak-anaknya, yang menggelapkan miliaran dolar selama 31 tahun masa jabatannya).

Dan Times sangat menyayangkan dan mengkritik tajam Jokowi sebagai sosok yang suka memecah belah. "While Mr. Joko was a transformative leader who eliminated extreme poverty in Indonesia, he was also polarizing".