Bagikan:

JAKARTA - Koalisi Perubahan untuk Persatuan pecah setelah mengumumkan Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden yang akan mendampingi Anies Baswedan. Sebagai konsekuensinya, Partai Demokrat secara resmi mencabut dukungannya terhadap Anies Baswedan.

Pecahnya koalisi ini tergambar dengan penurunan seluruh baliho Anies yang terpasang di seluruh negeri serta penghapusan video dukungan terhadap Anies di media sosial yang digunakan oleh partai berlambang bintang mercy tersebut.

Pada pagi Senin, tanggal 4 September, DPP Partai Demokrat dipadati oleh ratusan kader dan pengurus DPP yang berkumpul untuk membahas langkah politik selanjutnya. Pada pukul 10.00 WIB, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), memasuki halaman DPP. Tiga puluh menit kemudian, ratusan pengurus DPP memasuki aula Yudhoyono untuk mengikuti rapat pleno.

Rapat pleno internal Partai Demokrat berlangsung selama tujuh puluh lima menit. Hasil rapat ini menegaskan langkah politik yang akan diambil oleh Demokrat dalam 6 minggu ke depan. Meskipun sempat ada rencana untuk membentuk poros baru, namun hal ini dianggap tidak efektif mengingat keterbatasan waktu. Akhirnya, Demokrat memutuskan untuk bergabung dengan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang dianggap pasti memenangkan kontestasi.

Deputi Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat, Yan Harahap, mengungkapkan, "Tim komunikasi politik juga akan segera disusun untuk melakukan negosiasi politik dengan dua koalisi yang mengusung Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Pernyataan dukungan resmi dari Demokrat masih menunggu arahan dari Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, yaitu Pak SBY." ujar Yan.

Respon PDIP

Dalam dunia politik, seperti yang diungkapkan oleh Yan, segala kemungkinan dapat terjadi, termasuk keputusan Partai Demokrat untuk berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ini adalah kemungkinan yang sangat mungkin mengingat PDIP telah menjadi partai penguasa selama dua periode. Yan juga menekankan bahwa Partai Demokrat akan memilih partai yang tidak merepotkan dalam urusan persyaratan pemilihan presiden dan akan menunggu arahan dari Pak SBY sebelum membuat keputusan akhir.

AHY, yang mengenakan seragam biru Partai Demokrat, dengan senang hati berjalan bersama puluhan pengurus inti partai dan bersiap untuk memberikan pernyataan resmi terkait deklarasi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Dalam pernyataannya, AHY mengucapkan selamat kepada Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang baru saja diumumkan sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden.

AHY menegaskan bahwa kekecewaan kader Partai Demokrat disebabkan oleh keputusan yang diambil secara sepihak. Mereka merasa bahwa selama ini, semua kader di seluruh negeri telah berjuang untuk mendukung Anies, dan perjuangan Partai Demokrat telah terluka.

Herman Khaeron, Ketua Badan Pembina Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (BPOKK) DPP Partai Demokrat, juga mengungkapkan bahwa proses komunikasi politik melibatkan beberapa tahapan, termasuk kemungkinan berkoalisi dengan PDIP. Herman menyebut bahwa komunikasi dengan PDIP masih terus berlanjut, dan ia berharap bahwa pada akhirnya, pertemuan antara SBY dan Megawati bisa terwujud jika takdir menginginkannya.

Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, merespons wacana pertemuan antara Megawati dan SBY dengan mengatakan bahwa saat ini PDIP sedang fokus pada pembentukan tim pemenangan nasional untuk Ganjar Pranowo. Ia menjelaskan bahwa semua agenda dengan partai politik lain masih menunggu arahan dan melibatkan beberapa tahap.

Sementara pengamat politik dari Universitas Paramadina, Djayadi Hanan menilai sosok Muhaimin Iskandar dapat memperluas daya tarik Anies di mata para pemilih Islam moderat. Meskipun mayoritas pemilih Anies saat ini adalah kaum konservatif, dengan memilih Muhaimin Iskandar sebagai cawapres, posisi Anies semakin tidak diuntungkan. Selain itu, pernyataan tajam dari kader Partai Demokrat dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY, yang menyebut Anies sebagai sosok yang suka mengingkari janji, juga memberikan dampak.

Politisi dari Partai Nasdem, Ahmad Syahroni yang sempat akan melaporkan SBY ke Bareskrim, mengajukan permohonan agar keributan terkait deklarasi calon wakil presiden Anies dihentikan. Ia berpendapat bahwa tidak terpilihnya AHY mungkin karena belum menjadi takdirnya untuk menjadi wakil Anies.

Anies Bicara tentang Perbedaan di Nasdem dan Demokrat

Dengan gaya khasnya, Anies Baswedan berupaya menjelaskan terkait polemik yang muncul akibat deklarasi calon wakil presiden yang jatuh kepada Muhaimin Iskandar dan menyebabkan Partai Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

Sebelum memulai penjelasannya, Anies menyatakan penghormatan besar terhadap Pak SBY sebagai seorang tokoh panutan yang pernah menjabat sebagai presiden selama dua periode. Menurut Anies, semua yang terjadi adalah ketetapan dari Allah SWT.

Anies menjelaskan bahwa selama tiga hari terakhir, terjadi perbedaan pendapat di dalam internal koalisi yang mendukungnya sebagai calon presiden. Menurut Anies, perbedaan ini terkait permintaan dari Partai Demokrat agar koalisi mengumumkan cawapres yang akan diusung sebelum tanggal 3 September, sementara Partai Nasional Demokrasi (Nasdem) ingin pengumuman tersebut dilakukan lebih lambat.

"Pada tanggal 28 Agustus, sudah terjadi perbedaan pandangan yang tidak lagi bisa disepakati oleh Tim 8. Bahkan, sampai terjadi insiden di mana ada yang menggebrak meja akibat pernyataan yang dianggap tidak pantas. Perbedaan ini dimulai sejak bulan Juni antara Nasdem dan Demokrat. Saya mengatakan bahwa dari semua opsi yang ada, satu-satunya kandidat cawapres yang tersedia adalah AHY. Saya menyampaikannya kepada Pak Surya Paloh, dan dia tidak menolak, tetapi dia menyatakan bahwa ini adalah opsi yang akan dibahas nanti, bukan sekarang. PKS dan Demokrat sangat memahami bahwa AHY adalah pilihan yang ada. Pak Surya Paloh mengatakan bahwa kita akan membahasnya setelah saya pulang dari haji," kata Anies Baswedan, seperti yang dilansir dari video di Mata Najwa.

Anies menambahkan bahwa setelah kembali dari haji, Partai Demokrat meminta Anies untuk segera mengumumkan calon wakil presidennya kepada publik. Menurut Anies, perbedaan antara Partai Demokrat dan Nasdem mencapai puncaknya pada hari Selasa, 29 Agustus.

"Puncaknya terjadi pada hari Selasa sore. Saya menghadap Pak SBY dan mengatakan apa adanya, yaitu bahwa Nasdem tidak ingin mengumumkannya sekarang. Saya juga memberitahu Pak Surya Paloh dengan jujur bahwa Demokrat bersiap untuk keluar dari koalisi jika deklarasi tidak dilakukan segera. Saya berharap agar Allah memberikan petunjuk kepada kita semua. Pesan ini saya kirimkan kepada semua pihak pada pukul 22.00 WIB," jelas Anies Baswedan.

Anies melanjutkan dengan mengatakan bahwa Pak SBY tidak menolak AHY sebagai calon wakil presiden, tetapi ia ingin hal tersebut tidak diumumkan sekarang. Sementara Partai Demokrat meminta agar calon wakil presiden yang mereka pilih diumumkan segera. Saat pertemuan dengan SBY pada malam Jumat, presiden keenam tersebut menyebut tanggal deklarasi.

"Beliau meminta agar deklarasi dilakukan sebelum tanggal 3. Setelah pertemuan itu, saya mengatakan kepada semua yang hadir bahwa kita tidak boleh menyebut tanggal itu. Alasannya adalah jika hal itu tidak terjadi, maka kita tidak akan melindungi nama baik Pak SBY," tambah Anies.