JAKARTA - Para ilmuwan di Brown University, Amerika Serikat (AS) menemukan terobosan bahan dasar baru yakni Kayu untuk membuat sebuah baterai. Kayu tersebut bisa digunakan untuk baterai generasi mendatang.
Bahan yang berasal dari pohon itu nantinya digunakan di dalam baterai solid-state, yang diklaim lebih aman dan tidak terlalu merusak lingkungan, dibandingkan dengan baterai yang saat ini beredar di berbagai perangkat seluler maupun PC.
Misalnya saja baterai lithium-ion yang biasanya digunakan di ponsel, komputer, dan kendaraan elektronik. Baterai jenis ini menggunakan cairan yang mudah menguap sebagai elektrolit. Elektrolit ini menghantarkan lithium-ion antara elektroda positif dan negatif baterai.
Elektrolit cair melakukan pekerjaan ini dengan baik, tetapi mereka beracun dan bisa berbahaya. Jika baterai mengalami korsleting, maka cairan dapat terbakar dan baterai pun turut terbakar. Hal ini biasanya tidak menjadi masalah dalam penggunaan sehari-hari, tetapi beberapa baterai yang diproduksi secara tidak benar pada akhirnya ditarik kembali dari pasaran.
Untuk membuat baterai lebih aman, para ilmuwan mengembangkan baterai solid-state, di mana bahan padat digunakan sebagai elektrolit. Bahan padat dan tidak mudah terbakar akan lebih aman digunakan dan berpotensi mengurangi kerusakan lingkungan untuk diproduksi.
Sebagian besar penelitian saat ini tentang elektrolit padat menggunakan keramik, yang dapat menghantarkan ion dengan sangat baik tetapi rapuh dan dengan mudahnya retak atau pecah. Sementara, para ilmuwan telah mengembangkan bahan untuk digunakan sebagai elektrolit padat yang terdiri dari kombinasi tabung tembaga dan polimer yang berasal dari kayu dan disebut nanofibril selulosa.
BACA JUGA:
Bahan polimer yang dikembangkan para ilmuwan sangat tipis dan fleksibel, seperti selembar kertas, yang membuatnya lebih mudah digunakan dalam pembuatan. Namun konduktivitas ionnya sama baiknya dengan bahan yang lebih tebal dan lebih rapuh seperti keramik.
“Ion litium bergerak dalam elektrolit padat organik ini melalui mekanisme yang biasanya kami temukan dalam keramik anorganik, memungkinkan rekor konduktivitas ion yang tinggi," ungkap rekan penulis dan seorang profesor di Brown's School of Engineering, Que Yi, sebagaimana dikutip dari Digital Trends, Senin, 25 Oktober.
Yi menambahkan, dengan menggunakan bahan yang disediakan oleh alam akan mengurangi dampak keseluruhan dari pembuatan baterai terhadap lingkungan kita. Para ilmuwan berharap penelitian yang telah terbit di jurnal Nature ini akan membantu membuat baterai solid-state tersedia secara umum untuk meningkatkan keamanan dalam elektronik konsumen.