Bagikan:

JAKARTA - El Salvador, negara pertama yang menjadikan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, kembali melakukan pembelian 150 bitcoin lagi, pekan ini. Presiden El Savador, Nayib Bukele, lewat twit  menyatakan, kini total kepemilikan cryptocurrency di negara tersebut menjadi 700, atau sekitar 31 juta dolar AS , pada Senin, 20 September.

Presiden milenium ini mengatakan negara itu membeli bitcoin selama terjadi penurunan terbaru karena aset digital terbesar di dunia tergelincir di bawah 45.000 dolar AS di tengah aksi jual cryptocurrency yang lebih luas di dunia.

"Mereka tidak akan pernah bisa mengalahkan Anda jika Anda membeli sausnya," kata Bukele dalam sebuah tweet. Bitcoin terakhir diperdagangkan anjlok 7,86% lebih rendah pada 43,650 pada 8:12 pagi ET ( 19.12 WIB).

Pembelian El Savador itu terjadi hampir dua minggu setelah negara Amerika Tengah itu pindah untuk menerima bitcoin sebagai mata uang resminya meskipun terdapat banyak kritik dari pengamat luar dan masyarakat umum tentang keputusan itu.

Pada hari peluncuran Bitcoin sebagai alat pembayaran sah, pada 7 September langsung disambut dengan protes oleh ratusan orang Salvador.

Namun, Bukele yakin inisiatif baru ini akan mengubah kehidupan warga negaranya, terutama mereka yang sangat bergantung pada pengiriman uang untuk mengirim dan menerima uang dari luar negeri.

Data Bank Dunia mengungkapkan bahwa pengiriman uang ke negara tersebut mencapai hampir 20% dari produk domestik bruto pada tahun 2019. Ini menjadikan negara tersebut sebagai peringkat pertama atau tertinggi di dunia dalam hal pengiriman uang dari luar negeri.

Bukele mengumumkan niat negara itu untuk menjadi yang pertama di dunia yang menerima bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah bersama dolar AS pada bulan Juni. Pada bulan yang sama, El Salvador mengesahkan undang-undang tersebut.

Untuk mempersiapkan adopsi crypto, El Salvador memasang lebih dari 200 ATM bitcoin di seluruh negeri serta di AS untuk membuat pengiriman uang lebih murah bagi orang Salvador yang tinggal di luar negeri.

Organisasi internasional termasuk Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, bagaimanapun, serta bank-bank besar seperti JPMorgan dan Bank of America, telah menyatakan keprihatinan mengenai langkah berani negara itu, mengutip risiko keuangan dan ekonomi.