JAKARTA - Penambang bitcoin besar yang melarikan diri dari China untuk menghindari tindakan keras negara akan memakan waktu berbulan-bulan untuk mulai beroperasi lagi.
Pekan ini pusat data di Texas hingga Siberia mulai berebut untuk mengamankan ruang dan daya bagi mereka , sementara banyak pemain kecil mungkin kesulitan untuk bergerak sama sekali.
Bitcoin dibuat atau "ditambang" biasanya oleh komputer bertenaga tinggi di pusat data di berbagai belahan dunia. Mereka, bersaing untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks dalam proses yang menggunakan listrik secara intensif.
Industri penambang bit coin di China, yang menyumbang sebanyak 70% dari kapasitas dunia, berantakan setelah Dewan Negara, atau kabinet, mengumumkan tindakan keras terhadap perdagangan dan penambangan bitcoin pada akhir Mei yang menargetkan risiko keuangan.
Penambang bitcoin di China sekarang tutup atau ingin pindah. Mereka mencari otoritas yang toleran terhadap penambang bitcoin, bersuhu rendah agar mesin tidak terlalu panas dan biaya listrik yang murah.
Menurut perkiraan dari para peneliti di University of Cambridge, daya yang dikonsumsi oleh penambangan bitcoin secara global pada awal Juli setara dengan konsumsi tahunan yang hampir sebesar konsumsi listrik Austria. Bahkan setelah turun 50% sejak Mei.
BACA JUGA:
Langkah tersebut akan memicu munculnya pusat penambangan baru dalam jangka panjang. Namun untuk saat ini para penambang menghadapi keterbatasan kapasitas pusat data di luar negeri dan tantangan logistik.
"Tidak satu pun dari orang-orang ini yang online pada bulan Juni atau Juli," kata Thomas Heller, kepala bisnis Compass Mining. Ia menjelaskan para penambang perlu mengumpulkan mesin yang tersebar di seluruh China, menguji, membersihkan dan mengemasnya, mengirimkannya ke luar negeri, dan melewati bea cukai. sebelum diinstalasi ulang.
Menurut penambang, persediaan logistik akan lebih sulit bagi penambang Cina yang lebih kecil dengan lebih sedikit uang tunai untuk membayar biaya pengiriman. Apalagi bagi penambang yang juga tidak terbiasa beroperasi di luar negeri, sehingga mereka mungkin kesulitan menemukan pusat hosting yang dapat mereka percayai.
Kevin Zhang, wakil presiden untuk pengembangan bisnis di Foundry yang berbasis di AS, sebuah perusahaan penambangan, pembiayaan, dan penasihat kripto, mengatakan tindakan keras China itu dapat mendorong diversifikasi geografis dalam jangka panjang.
"Banyak negara yang sebelumnya belum dimanfaatkan oleh penambang bitcoin, seperti di Asia Tenggara, Amerika Selatan atau Australia akan diberi insentif untuk menggunakan energi terbarukan bagi penambang yang terdampar," katanya, "Padahal Pasar energi ini tidak diperlukan sebelumnya."
Dalam kondisi seperti ini, Indonesia bisa menjadi tujuan baru para penambang. Hanya saja suhu tinggi di negara ini membuat penambang harus mengeluarkan uang ekstra guna membeli mesin pendingin ruangan, AC. Ini membuat kebutuhan daya listrik untuk pending ruangan menjadi beban tambahan.