Disuntik Yamaha dan Porsche, Ridepanda Siap Ekspansi Pasar e-Bike
Ridepanda menawarkan solusi e-bike yang semakin kompetitif di era pandemi. (foto:ridepanda.com)

Bagikan:

JAKARTA - Dealer mikro mobilitas listrik online Ridepanda, telah mengumumkan adanya suntikan investasi baru sebesar 3,75 juta dolar AS (sekitar 53,8 miliar rupiah) dari Yamaha dan Porsche. Dana itu akan digunakan oleh perusahaan startup tersebut untuk membangun tim teknik, produk, dan desain guna meningkatkan solusi e-commerce dan B2B. 

Ridepanda, perusahaan yang berbasis di San Francisco ini ingin menggandakan kemitraan strategis dengan armada pengiriman dan bisnis yang menawarkan manfaat komuter kepada karyawan jika mereka membeli kendaraan listrik.

Tahun lalu, penjualan e-bike dan e-scooter meroket. Sebuah laporan Asosiasi Sepeda yang merinci dampak COVID-19 pada penjualan sepeda di Inggris dari Januari hingga Oktober 2020, mengungkapkan penjualan sepeda elektronik meningkat lebih dari dua kali lipat. 

Antara April dan September, mereka melihat peningkatan penjualan 92% YoY. Deloitte telah memperkirakan bahwa pada tahun 2023, penjualan e-bike akan mencapai 40 juta unit di seluruh dunia. Bisnis ini, menghasilkan lebih dari $22 miliar. Di pasar yang semakin mendukung opsi mobilitas mikro listrik, bisnis Ridepanda dapat memimpin penjualan sepeda listrik, skuter, dan moped baik untuk konsumen maupun armada.

“60% perjalanan dalam mobil terjadi dalam jarak nol hingga lima mil. Kami pikir ada cara yang lebih baik untuk ditempuh,” kata CEO dan salah satu pendiri Ridepanda, Chinmay Malaviya, seperti dikutip TechCrunch. 

“Mobil listrik adalah salah satu solusi, tapi menurut kami kendaraan kami lebih murah, lebih mudah diakses, lebih terjangkau, lebih praktis, lebih baik untuk kemacetan lalu lintas, mudah disimpan, mudah parkir, mudah diisi, ramah lingkungan dan banyak lagi. menyenangkan karena manfaat kesehatan tambahan,” ungkap Malaviya. 

Produk Ridepanda, yang berbasis di San Francisco telah dikirim ke 48 negara bagian AS, menawarkan rangkaian kendaraan listrik ringan, dari e-skuter Segway-Ninebot hingga e-bikes Aventon hingga e-moped Niu.  

Co-founder dan CTO Charlie Depman mengatakan saat ini e-bikes adalah yang paling populer, diikuti langsung oleh skuter. Moped masih memiliki ruang untuk tumbuh. Akan tetapi Depman menduga sebagian alasan penurunan penjualan dalam kategori itu adalah masalah rantai pasokan terkait pandemi yang sedang berlangsung.

Dalam berbisnis, Ridepanda memeriksa setiap kendaraan di lokasinya terlebih dahulu, memastikan semua suku cadang berkualitas tinggi dan mudah diperbaiki dan diganti, sesuatu yang sangat berguna jika pembeli pernah mengalami pengalaman frustasi membawa e-skuter yang tidak berfungsi ke toko sepeda tradisional.

Ketika pengguna datang ke situs Ridepanda, mereka dapat menggunakan mesin rekomendasi yang disempurnakan yang membantu pelanggan memilih kendaraan yang tepat untuk tujuan penggunaan khusus mereka. Apakah itu perjalanan di kota atau perjalanan rekreasi di pinggiran kota dan segala sesuatu di antaranya.

“Seperlima pelanggan kami tidak tahu jenis kendaraan apa yang mereka inginkan ketika mereka datang ke situs kami,” kata Depman kata kepada TechCrunch. 

“Kami memberi Anda serangkaian rekomendasi peringkat untuk kasus penggunaan dan preferensi fitur Anda. Selanjutanya, dan Anda akan dibawa ke halaman kendaraan tempat kami menunjukkan lebih banyak tentang dealer kami dan menawarkan rencana perawatan, bantuan pinggir jalan, dan lain-lain untuk mempermudah kepemilikan. Pada dasarnya semudah memiliki mobil, tetapi banyak infrastruktur ini tidak tersedia untuk kepemilikan kendaraan listrik ringan,” tutur Depman.

Selanjutnya kendaraan dikirim langsung ke pelanggan, yang dapat memilih untuk merakitnya atau meminta teknisi terlatih datang ke rumah untuk perakitan di rumah.

Pendekatan langsung inilah yang ingin ditingkatkan oleh perusahaan dengan pendanaan baru, khususnya mengotomatiskan proses pemenuhan pasca pembelian dan membangun layanan purna jual dalam bentuk aplikasi PandaCare.

Ridepanda juga berupaya menciptakan pendekatan geografis yang lebih personal di sisi produk. Undang-undang dan peraturan di sekitar kendaraan ini berbeda dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya, atau ke negara lain. Begitu juga dengan potensi potongan harga dan insentif pembelian.