YouTube Hapus Video Pembela Hak Asasi Manusia di China
ILUSTRASI/Szabo Viktor (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - YouTube dilaporkan menghapus video milik organisasi pembela Hak Asasi Manusia Atajurt Kazakh. Kelompok tersebut diduga melanggar kebijakan anti-pelecehan YouTube dalam video yang diunggahnya.

Atajurt Kazakh Human Rights dalam saluran YouTube-nya berusaha mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia di provinsi Xinjiang, China. Peristiwa ini berawal pada 15 Juni, Atajurt Kazakh Human Rights sebagai pemilik saluran mengatakan YouTube telah menonaktifkan seluruh saluran miliknya seperti dikutip dari The Verge, Selasa 29 Juni. 

Anak perusahaan Google itu memberi tahu Atajurt Kazakh, mereka telah menerima terlalu banyak pelaporan atas salurannya, untuk video dengan orang-orang yang memperlihatkan kartu identitas. 

Di mana kartu identitas yang ditunjukkan orang-orang dalam video itu, terkait dengan warga Xinjiang yang hilang. Tentu saja ini merupakan muatan video yang menampilkan informasi pribadi. Hal ini lah yang menyebabkan YouTube melakukan penghapusan atas video tersebut dan menonaktifkan saluran milik Atajurt Kazakh Human Rights.

Namun, saluran itu kemudian dipulihkan tiga hari setelahnya. Sebagian besar video yang dihapus YouTube, telah dipulihkan kembali setelah keberatan yang diajukan Atajurt Kazakh Human Rights, tetapi beberapa yang sudah dipulihkan tetap tidak dapat di lihat pengikutnya.

YouTube dilaporkan sudah meminta Atajurt Kazakh Human Rights untuk memotong atau menyembunyikan adegan yang menunjukkan kartu identitas dalam video. Tetapi mereka menolak permintaan dari YouTube tersebut karena khawatir itu akan merusak kredibilitas organisasi. 

Di lain sisi, Atajurt Kazakh Human Rights telah mendapat  pujian dari berbagai organisasi yang berfokus pada isu hak asasi manusia, seperti Human Rights Watch, untuk videonya yang membantu mengungkap pelanggaran hak asasi manusia.

MIT Technology Review berpendapat, video dari Atajurt Kazakh Human Rights bukan untuk melecehkan identitas seseorang. Tetapi, video itu mengungkap kesaksian dari anggota keluarga orang-orang yang berada di kamp tahanan di Xinjiang, China.