JAKARTA - El Salvador kembali menambah 11 Bitcoin ke dalam cadangan nasionalnya dengan nilai sekitar 1 juta dolar AS (Rp16,2 miliar). Langkah ini diambil setelah negara kecil di Amerika Tengah itu menerima pinjaman sebesar 1,4 miliar dolar AS (Rp22,68 triliun) dari Dana Moneter Internasional (IMF). Meskipun tindakan ini terbilang kontroversial, Presiden Nayib Bukele tetap berpegang pada visinya menjadikan Bitcoin sebagai bagian penting dari ekonomi negaranya.
Sejak menjadi negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah pada 2021, El Salvador terus mengumpulkan Bitcoin. Hingga kini, total cadangan Bitcoin negara ini mencapai 5.980 BTC.
Bukele kerap memanfaatkan harga Bitcoin yang rendah, terutama saat pasar kripto sedang lesu. Berdasarkan data pelacakan portofolio Presiden Bukele, keuntungan yang belum terealisasi dari cadangan Bitcoin ini diperkirakan lebih dari 125 juta dolar AS (Rp2,02 triliun), atau meningkat sekitar 91,54% dari harga pembelian awal.
BACA JUGA:
Namun, kebijakan Bitcoin El Salvador tidak selalu mulus. Salah satu syarat kesepakatan dengan IMF adalah pengurangan kebijakan terkait aset digital, termasuk potensi penghentian penggunaan dompet digital Chivo yang diperkenalkan pemerintah. Banyak pihak menganggap ini sebagai upaya IMF untuk membatasi kebijakan Bitcoin negara tersebut.
Namun, Stacy Herbert, Direktur Kantor Nasional Bitcoin El Salvador, menegaskan bahwa pemerintah tetap berkomitmen menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran sah dan terus menambah cadangan Bitcoin secara strategis.
Langkah terbaru ini memicu beragam reaksi. Beberapa kalangan menganggapnya sebagai keputusan berisiko tinggi yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi negara. Eugene Epstein, pakar keuangan dari Moneycorp, bahkan menyebutnya sebagai taktik pemasaran belaka. Namun, pembelian Bitcoin yang dilakukan El Salvador menunjukkan komitmen kuat pemerintah terhadap kebijakan ini.