JAKARTA - Angkatan Udara Amerika Serikat (US Air Force) berhasil melakukan uji terbang drone tempur yang dibekali dengan kecerdasan buatan, pada April lalu. Hasilnya pesawat tanpa awak itu bisa melakukan manuver di udara.
Proyek ini menjadi kesuksesan AS dalam pengembangan program kecerdasan buatan yang diberi nama Skyborg. Terlebih dalam mengembangkan sistem piranti lunak baru dan otonom untuk mengakomodasi jangkauan pertahanan udara.
Berbasis AI
Skyborg, nama program Artificial Intelligence/AI yang mirip dengan Skynet –program sejenis dari film Terminator, mengandalkan sistem kontrol robot yang disebut ACS. Mengutip Popsci, ACS adalah singkatan dari Autonomy Core Sytem atau sistem inti otonom.
Menggunakan ACS, militer AS mengembangkan drone tempur yang bisa disandingkan dan terbang bersama pesawat. Tak hanya itu, Skyborg juga mampu mempelajari proses serta mengembangkan kemampuannya sendiri.
Tes awal dari proyek drone tempur ini dilakukan di Pangkalan militer Tyndall, AS. Lokasi yang sebelumnya juga dipakai untuk eksperimen robot keamanan berkaki empat yang dikembangkan militer.
Sebelum Skyborg diintegrasikan dengan skuad pesawat tempur yang dikendalikan manusia, pihak militer ingin agar Kecerdasaran Buatan sudah mampu menguasai dasar-dasar pertempuran. Dan pengembangan dasar itulah yang menjadi tujuan dari tes awal kemarin.
Dasar-dasar penerbangan yang ingin ditanamkan pada Kecerdasan Buatan Skyborg meliputi proses lepas landas, formasi terbang, serta pendaratan. Selain itu, masih ada pula beberapa aktivitas yang lebih kompleks. Seperti menerima perintah navigasi dari manusia.
Sebagai bagian dari uji coba, pihak militer juga ingin mengetahui apakah Skyborg mampu mengarahkan drone tempur di sekitar wilayah perbatasan dengan membaca penghalang yang diprogram berdasarkan titik GPS.
Pengawasan pun dilakukan pihak militer melalui udara maupun darat. Selama uji coba, pihak militer tak luput mencatat perkembangan dan kemajuan yang berhasil dicapai oleh Skyborg.
“Kami merasa antusias atas keberhasilan penerbangan awal dari sistem otak Skyborg. Ini adalah langkah pertama dari maraton pertumbuhan yang lebih progresif dari teknologi Skyborg,” ungkap Program Executive Angkatan Udara untuk Pesawat Pertempuran dan Pesawat Canggih, Brigadir Jenderal (Brigjen) Dale White, via Popsci, Sabtu, 29 Mei.
Brigjen Dale White juga menyampaikan bahwa penerbangan ini merupakan awal dari serangkaian eksperimen yang akan terus dilakukan guna mengembangan ACS serta membangun kepercayaan terhadap sistem tersebut.
Dalam pengumuman publik, dijelaskan bahwa pengembangan program Skyborg bertujuan untuk membuat robot yang bisa menerbangkan pesawat dan menjalankan misi secara otonom. Dan program ini diakui jauh lebih murah ketimbang pesawat tempur berawak –seperti F-35.
BACA JUGA:
Desain Program Skyborg
Menurut Brigjen Dale White, Skyborg tidak dirancang untuk mengontrol sebuah drone tempur. Program ini lebih memfokuskan fungsinya pada membuat dan menerbangkan beberapa drone tempur sekaligus dengan tujuan yang sama.
Tak hanya itu, jenis AI ini juga bakal mengarahkan pesawat drone tempur secara otonom untuk mendampingi pesawat yang dikendalikan manusia. Oleh karena itu, pihak Angkatan Udara pun meneken kontrak dengan tiga perusahaan guna mengembangkan prototip drone tempur.
Menurut rencana, Laboratorium Penelitian Angkatan Udara berencana melakukan lebih banyak eksperimen dengan pesawat Skyborg. Pasalnya, mengembangkan pesawat tempur nirawak dan mandiri merupakan bagian penting dan menjadi visi AU untuk pertempuran di masa dena.